Belajar tentang God View

Raihana Mahmud

Kuliah kesadaran pagi tadi dibawakan oleh Bang Dani. Pembahasan tentang God View. Aku sudah mendengar tentang ini sejak mula mendalami ilmu kesadaran. Hari ini, aku mendapat penerangan dan penjelasan lebih detail tentang hal tersebut. Alhamdulillah pemahamanku bertambah dan berkembang.

God View. Apakah yang dimaksud God View (GV) tersebut?

God View adalah tentang ketauhidan. Secara klinis adalah bagaimana kehadiran Tuhan itu di dslsm diri kita. Mengetahui apa hubungan diri dengan Tuhan. GV bisa diamati setiap hari melalui qalbu/nurani. Di situlah kita mulai mengenal dan melihat dialog kita dengan Tuhan.

Sebagai contoh, malam ini adalah malam wirid. Qalbu berbisik, “Malam ini wirid. Wirid kita nanti malam, ya?”

Tidak berapa lama, pikiran mengganggu, “Ah, nantilah. Lama lagi wiridnya. Ini masih pagi.”

Tiba-tiba masuk sebuah pesanan WA, “Nanti malam datang ya, ada halal bi halal.”

Mulailah pikiran mengganggu qalbu. Akan tetapi, jika qalbu sudah menyadari permainan pikiran, maka akan tahu jebakannya dan bisa berkata penuh kasih sayang pada pikiran.

“Diam ya, malam ini kita wirid. Kita tidak akan ke halal bi halal.”

Begitulah kita perlu melatih untuk mengetahui mana bahasa qalbu dan mana bahasa pikiran. Perlu usaha untuk belajar terus menerus memahami jenis bahasa tersebut. Sehingga kita mampu mengendalikan ego pikiran tersebut. Mampu memberitahunya dengan kasih sayang. Ego dan pikiran harus dikendalikan dengan kasih sayang. Jika kita masih membentak suara-suara tersebut, berarti kita menolak datangnya. Padahal itu adalah kita juga.

Melihat kehadiran Tuhan di dalam diri harus beserta rasa dan energinya. Kita semua tahu bahwa Tuhan itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Akan tetapi, jika satu ketika diuji dengan sakit, masalah, dan berbagai event yang lain, maka bagaimanakah tanggapan pertama kita? Apakah kita masih yakin bahwa Tuhan itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang? Jika kita memberontak, maka terkonfirmasi bahwa hubungan diri dengan Tuhan hanya sebatas di pikiran. Rasa akan melihat Tuhan sebagai penyiksa.

Contoh lain, Allah Maha Pemberi Rezeki. Tiba-tiba uang tidak ada sepeser pun. Masihkah ada rasa Allah Maha Pemberi Rezeki? Jika memang masih tetap memandang Allah Maha pemberi Rezeki, maka God View-nya adalah yang terbaik. Namun, pada kenyataannya tidak terjadi demikian. Umumnya kita akan protes dan menganggap Tuhan itu pelit.

Saat mendengar bahasa nurani, apakah GV kita sudah berada di wilayah rasa atau belum. Kalau masih di wilayah pikiran, maka kita perlu terus meng-upgrade-nya. Latihan yang perlu dilakukan terus menerus.

Lebih jauh dijelaskan bagaimana GV pada masing-masing level kesadaran.

Level 20 – Shame (malu)

Arti klinis level ini adalah sebagai yang terbuang, kotor, ternodai. GV yang ditampilkan adalah Tuhan itu merendahkan saya, menghancurkan saya. Pada akhirnya membenci keilahian.

Level 30 – Guilt (yang bersalah)

Arti klinis level ini adalah sebagai yang bersalah, berdosa, dan tidak berguna. GV yang diperagakan adalah bagi saya Tuhan menaruh dendam. Tuhan adalah pendendam. Begitulah batinnya memandang.

Level 50 – Aphaty (apatis)

Arti klinis level ini adalah sebagai yang tidak berdaya, tidak bisa apa-apa lagi. GV yang keluar adalah bagi saya Tuhan sedang mengutuk saya, kena kutukan. Sejak lahir saya sudah terkutuk.

Level 75 – Grief (duka cita)

Arti klinis level ini adalah sebagai yang kehilangan dan ditinggal. GV yang tergambarkan adalah bagi saya Tuhan memandang hina diri saya.

Level 100 – Fear (takut)

Arti klinis level ini adalah sebagai yang terancam, akan disiksa, dan mendapat hukuman. GV-nya bagi saya Tuhan sangat menghukum. Sedikit-sedikit neraka, dosa, kafir.

Level 125 – Desire (hasrat)

Arti klinis level ini adalah sebagai yang kekurangan terus menerus. Keinginannya tiada batas. GV yang dihasilkan adalah bagi saya Tuhan selalu menyalahkan saya. Saya tidak pernah benar. Doa saya tidak pernah dikabulkan.

God View lahir dari self view, yaitu kejadian yang kita alami. Keduanya berjalan serentak. Begitu event datang, maka seketika God View dan self view akan muncul sekalian. Jika sudah mengenal bahasa diri dan bahasa Tuhan, maka diri tidak akan reaktif lagi menyikapi event. Tidak reaktif mempertanyakan kenapa terjadi, tetapi mengkaji ada pesan apa yang ingin disampaikan Tuhan. Untuk itulah kita perlu mempertanyakan sendiri pada diri setiap hari bagaimana dan di mana posisi diri dengan Tuhan. Tujuannya agar kita mampu mengubah God View yang ada , agar semua view yang lain juga ikut berubah. Insyaallah!

Kuala Lumpur, 17 Mei 2022

#raihanamahmud

#KomunitasODOP

#ODOP2022

#WarnaBaruSemangatBaru

#ProgramNulisBarengODOP

#Mei 2022

 

 

 

 

Comments

Popular posts from this blog

SUNGAI CHINCHIN, KAMPUNG DI PINGGIR BANDAR

REWANG

BUMBU MI ACEH ALUBU (Review Produk)