Posts

Showing posts from 2018

CERITA SEBUAH DRAMA

Image
Entah apa yang menyebabkan drama televisi dari Korea, begitu menambat hati untuk ditonton. Bukan semua drama yang ditayangkan, saya suka. Hanya drama-drama dengan tema yang lain daripada lain saja. Yang punya nilai-nilai kewajaran yang standar, yang bisa membuat betah untuk ditonton. Saya, adalah seorang penikmat drama yang cerewet, menurut anak saya. Saya sering membandingkan drama Korea dengan drama Malaysia atau sinetron Indonesia. Yang paling sering dicereweti adalah kewajaran jalinan ceritanya dan solekan pemerannya. Waah! Ketidakpuasan terhadap kedua hal itu sering menjadikan saya berhenti atau tidak menonton sama sekali drama tersebut. Bagi saya, sebuah drama, walau mungkin hanya fiktif, harus tetap punya kewajaran dalam pemaparannya. Apalagi jika ide ceritanya adalah kisah kehidupan sehari-hari. Contohnya sebuah drama televisi Malaysia, yang diputar beberapa waktu lalu. Lupa judulnya. Dikisahkan perjalanan kehidupan dalam cerita itu terjadi dari masa sekarang sampai

REWANG

Image
Tradisi rewang yang kami lakukan pagi tadi. Beberapa waktu belakangan ini, perkataan “rewang” begitu sering terdengar disebutkan teman-teman di sini. Mulanya saya rasa aneh dan ingin tahu apa maksudnya. Mereka menyebut istilah itu untuk menyatakan pekerjaan menolong, gotong royong masyarakat bagi melancarkan kenduri kawin. Ya, kami memang sedang sibuk menyiapkan segala sesuatu untuk kelancaran kenduri perkawinan anak seorang teman. Iseng-iseng, saya mencari tahu lebih jauh tentang tradisi tersebut. Dan, apa yang saya temukan? Ternyata rewang ini adalah tradisi yang mulanya berkembang dari komunitas masyarakat Jawa yang ada di Malaysia. Salah satunya adalah di wilayah Kuala Selangor, Selangor, yang memang terkenal sebagai salah satu tempat bermukimnya masyarakat berketurunan Jawa di sini. Penelusuran terus dilanjutkan. Saya ingin mengetahui apakah masyarakat di Jawa sendiri mengenal tradisi ini atau tidak. Sebab, ada beberapa tradisi yang berkembang di sini, tidak diken

PENTINGNYA PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP

Image
Salah satu contoh ketrampilan Membicarakan pendidikan keterampilan, khususnya keterampilan  dalam hidup dan kehidupan adalah satu bahasan yang cukup menarik. Karena pendidikan tersebut adalah hasil nyata dari sebuah pengajaran. Pendidikan keterampilan hidup adalah tiga gabungan kata, yang masing-masing memiliki arti tersendiri. Menurut KBBI, pendidikan adalah proses pengubahan dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; cara, perbuatan mendidik.   Keterampilan pula diartikan sebagai kecakapan untuk menyelesaikan tugas . Sedangkan hidup mempunyai banyak makna, salah satunya adalah masih terus ada; bergerak dan bekerja sebagaimana biasanya. Jika ketiganya disusun dalam satu kesatuan, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan keterampilan hidup adalah kemampuan seorang manusia untuk beradaptasi dan mampu menyelesaikan berbagai situasi yang dihadapi sehari-hari, baik yang positif ataupun negatif. Kondi

IDAR (Part 10)

Image
Bagian 10. Akhir Membahagiakan “Ibu, Bu …, sedang mikirin apa, Bu?” Tiba-tiba suara lembut anak ketiganya, Sofi, mengejutkannya dari lamunan panjang akan kampung tercinta, kenangan masa kecilnya hingga sampai ke saat ini. Idar tersenyum menanggapi pertanyaan anaknya itu. “Ibu teringat Nenek, Kakek dan ketenangan kampung di masa kecil Ibu, Nak! Masa yang penuh perjuangan dan tantangan. Semua masih serba kekurangan, tapi tetap penuh keriangan dan keceriaan.” Dia melanjutkan pernyataannya, “Berbeda sekali dengan saat ini, semua serba ada. Fasilitas umum lengkap, di mana pun berada. Semua kemudahan telah tersedia untuk mempermudah kehidupan.” “Iya, Bu, zaman sudah berubah kan, Bu?” Sofi menguatkan pernyataan Ibunya. “Kalian membesar dengan baik, walaupun sedari kecil sudah ditinggal Ayah. Kenyataan itu yang paling membuat Ibu sangat bersyukur. Sebesar-besar syukur!” Sofi mengusap tangan Ibunya lembut, sambil menatap mata tua Ibunya. Sofi berkata dengan perlah

IDAR (Part 9)

Image
Bagian 9 Cita-cita di Depan Mata Setiap kejadian yang dialami seseorang selalu ada hikmah Allah kirmkan bersamanya. Begitu pun dengan perjalanan hidup Idar.   Kehilangan suami dan harus membesarkan tiga anak yang masih kecil sendirian, di usia yang masih sangat muda, di ujung perjalanan berbagai hikmah Dia berikan. Cita-cita besar yang menjadi igauannya sejak kecil, terpaksa dia kuburkan saat memilih menjaga keluarganya setelah menikah. Dia mengambil keputusan besar dan ikhlas memilihnya. Dia menjalani semua yang Tuhan telah tetapkan dalam perjalanan hidupnya dengan rela hati. Kepasrahannya, kelembutan hatinya itulah kekuatan tiada tandingan bagi penyelesaian masalah-masalah hidupnya. “Bu, Ibu, aku harus membayar uang praktikum, minggu ini,” Anak tuanya memberitahu. “Oo, iya? Ok, nanti Ibu kasih ya?” Begitu salah satu percakapannya dengan anak pertamanya satu waktu. Waktu itu, dia memang tidak mempunyai uang yang cukup untuk langsung memberikan uang yang diminta

IDAR (Part 8)

Image
Bagian 8 Berjuang Sendiri Kehilangan Adli, suaminya, adalah pengalaman hidup terberat yang harus dihadapi Idar. Di umurnya yang masih terbilang muda, dia ditinggalkan oleh pendamping hidupnya dengan tiga orang anak perempuan yang masih kecil-kecil. Yang tertua baru berumur 9 tahun, yang kedua 7 tahun dan yang ketiga usianya baru 4 tahun. Dia berada dalam kondisi yang sangat labil untuk seketika. Dia tidak tahu harus memulai dari mana menjalani hidupnya saat ini bersama anak-anak. Pikirannya buntu. Dia perlu waktu untuk mengembalikan pikiran sadarnya. Saat itulah, keluarganya menyemangatinya untuk mulai berpijak pada dunia nyata. Ayahnya, Pak Baha tidak henti memberikan semangat kepada anaknya itu. “Idar, ayah tahu kamu mampu melewati masa beratmu kali ini. Allah tidak akan memberikan suatu keadaan kepada hamba-Nya, jika Dia tidak tahu dan yakin bahwa mereka mampu melewatinya. Allah itu Maha Pemurah, Dia akan menyertakan jalan keluar pada setiap masalah yang diberikan

IDAR (Part 7)

Image
Bagian 7 Memiliki dan   Kehilangan Tidak memakan waktu lama setelah masa perkenalan, Idar dan Adli melangsungkan pernikahan mereka.   Setelah menikah, Idar tinggal bersama suaminya di rumah yang disiapkan untuk staf pengajar di universitas tersebut. Sebuah rumah semi beton dengan sebagian dinding atasnya dari susunan papan. Letaknya di sebelah bangunan sekolah Idar. Ada lima rumah satu deretan. Suasana kampus saat itu masih sunyi, karena memang belum banyak pemukiman yang disediakan di kawasan tersebut. Ada sederet rumah lagi di depan deretan rumah mereka. Berbedanya deretan rumah tersebut adalah rumah beton keseluruhannya. Jalan yang menghubungkan penduduk ke luar masuk hanyalah jalanan berbatu kecil. Belum ada jalan beraspal saat itu. Kiri kanan jalan masih banyak pohon-pohon besar yang menaungi jalan, sehingga tidak terlalu panas jika berjalan melaluinya. Ada lubang besar seperti kolam, tidak terlalu dalam, yang akan penuh terisi air saat hujan dan kering kerontang saat m

IDAR (Part 6)

Image
Tempat penyimpanan padi rumah tradisional Aceh Sumber gambar: Google Image Bagian 6 Menemukan Belahan Jiwa Memasuki semester ketiga, Idar sudah lebih terbiasa dengan suasana perkuliahan dan kehidupan sehari-harinya di perantauan. Sekali-kali jika tidak ada kuliah, dia pulang ke kampung menjenguk keluarganya. Dengan begitu, dia juga tidak terlalu sedih dan sunyi karena berpisah dengan ayah, ibu, dan saudara-saudaranya. Setiap pulang, sekali-kali dia akan menolong ayah-ibunya. Seperti saat libur semester kali ini. Idar membantu menjemur dan menyimpan padi yang telah kering ke dalam tempat penyimpanan.   Tempat penyimpanan padi di rumah mereka adalah sebuah tempat khusus berbentuk tabung. Dindingnya berupa anyaman bambu yang tersusun dari motif-motif yang rapat, sehingga tidak ada lubang di antaranya. Kadang-kadang ada beberapa ikatan di antara motifnya. Tali yang digunakan untuk mengikat adalah tali kecil dari lilitan ijuk berwarna hitam. Tinggi tempat penyimpanan ini lebih

IDAR (Part 5)

Image
Bagian 5 Memulai Hidup Mandiri Memulai sebuah kehidupan yang jauh dari keluarga bukan satu hal mudah bagi Idar pada awalnya. Pak Baha menemaninya beberapa hari, untuk memberi waktu dan membantu Idar beradaptasi dengan lingkungan barunya.   “Kamu mampu Idar …,” begitu berulang kali, Pak Baha memberi semangat kepada putrinya agar bertahan hingga cita-citanya tercapai, saat beberapa kali Idar seperti ragu dengan kemampuannya menyesuaikan diri nantinya.      Pak Baha telah kembali ke kampung. Idar pun memulai perjuangan hidup barunya. Dia menyambung pelajaran dalam bidang agama. Saat itu, hanya ada beberapa fakultas saja di sekolah tinggi tersebut. Hari-hari pertama belajarnya cukup menyenangkan. Walau tidak ramai teman-teman sekampung yang belajar di tempat yang sama, tetapi Idar cukup bahagia dan senang karena mendapatkan teman-teman baru dari beberapa daerah lain. Ternyata kekhawatirannya sebelum ini tidak beralasan. Keluwesannya dalam bergaul, sangat membantunya be