SANG HUJAN
Langit mulai gelap di kawasan rumahku. Suasana mulai sunyi dan senyap. Angin lembut membelai daun-daun pepohonan yang tumbuh gagah di depan rumah. Sayup-sayup terdengar guruh dan sekilas terlihat juga kilatan cahaya menghiasi langit yang mulai hitam. Perpaduannya sungguh indah. Walau kadang-kadang terlihat mengerikan, tapi aku suka memperhatikannya dari jendela rumahku. Entah mengapa aku begitu suka melihat tetesan air yang jatuh dari langit tersebut. Irama tetesannya begitu syahdu kudengar. Begitu mendamaikan dan menenangkan. Dengannya aku bisa berdialog apa saja. Kadang-kadang dia seperti menjawab pertanyaan-pertanyaanku. “Hujan, ke mana saja kamu, sudah lama tidak datang menjengukku…” begitu tanyaku satu hari, saat sudah hampir sebulan, kawasan desaku kering tanpa tetesan air dari langit, membasahi tanah-tanah yang mulai kerontang. Sawah, ladang nyaris menguning tak menghasilkan. Tiba-tiba sebuah suara melintas di telingaku, “Ada, aku selalu ada di antara awan-awan yan