CIKGU AZIZAN: Dilema Guru Saat Ini

Sejak beberapa bulan belakangan ini, Malaysia dihebohkan dengan kasus seorang guru yang dituntut di pengadilan atas kesalahan memukul seorang murid. Guru tersebut bernama Azizan Manap, 44 tahun, atau lebih akrab dikenali dengan panggilan Cikgu Azizan. Beliau adalah seorang guru dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan di Sekolah Kebangsaan (SK)-setingkat SD- Taman Semarak, Nilai, Negeri Sembilan.

Cikgu Azizan saat dinyatakan bebas dari segala tuduhan.
Sumber gambar dari BH Online, difoto oleh: Iqmal Haqim Rosman
Kasusnya bermula saat orang tua murid tersebut membuat laporan polisi, karena diminta oleh pihak rumah sakit, selepas anaknya dibawa ke sana untuk mendapatkan rawatan selepas kejadian. Kejadian terjadi pada tanggal 6 April 2017 lalu, pukul 7 pagi waktu Malaysia. Diberitakan bahwa Cikgu Azizan telah menampar pipi kiri seorang murid berusia 11 tahun, yang didapati sedang menghisap lem, mengganggu murid lain dan berkelahi. Murid tersebut dikabarkan telah melakukan perbuatan itu berulang kali dan sering tidak hadir ke sekolah tanpa sebab.

Dikarenakan laporan polisi yang dibuat orang tua murid, maka Cikgu Azizan dituduh mengikut Seksyen 323 Kanun Keseksaan. Pertuduhan akan menyebabkan hukuman penjara maksimum setahun atau denda maksimum RM2,000 atau kedua-duanya, jika didapati bersalah dalam kasus tersebut. Cikgu Azizan dituduh di Pengadilan Seremban pada 31 Oktober 2017, sebelum dibicarakan 19 Desember. Beliau diwakili peguam, Francis Pereira.

Berita tersebut menjadi viral di media sosial untuk beberapa lama. Dukungan diperluas dengan menggunakan hashtag #PrayForCikguAzizan. Sebagian besar pengguna media sosial menyayangkan sikap orang tua murid yang melaporkan kejadian yang menimpa anaknya itu ke polisi. Mereka beranggapan sikap orang tua yang demikian seperti membela kelakuan buruk anak mereka. Walhal mereka sendiri tidak tahu pasti bagaimana kelakuan anak mereka yang sebenarnya. Menurut sebuah laporan di website, murid itu telah melakukan kesalahan sejak tahun 2016. Dia juga mempengaruhi tiga murid yang lain untuk melakukan perbuatan yang sama.

Kejadian ini melahirkan solidaritas yang tinggi seluruh guru di Malaysia. Mereka diajak untuk menunjukkan dukungan moral kepada guru SK Taman Semarak, Nilai, tersebut, dengan menghadiri persidangan pertama di Pengadilan Tinggi Seremban, 19 Desember 2017.  Cikgu Azizan kemungkinan akan kehilangan pekerjaannya, jika dia ditetapkan bersalah dalam kasus itu. Dukungan juga diberikan NUTP-National Union of The Teaching Profession Malaysia, atau Persatuan Guru Seluruh Malaysia, bersama Persatuan Ibu Bapa dan Guru (PIBG) SK Taman Semarak dan jamaah masjid setempat, dengan mengadakan Majelis Salat Hajat dan Solidaritas untuk Cikgu Azizan. Program diadakan di Masjid Taman Semarak.
Persidangan terhadap Cikgu Azizan telah berlangsung Desember lalu. Hasil keputusannya adalah Cikgu Azizan telah dibebaskan dari segala tuduhan. Keputusan itu diambil sesuai dengan perintah dari Jabatan Peguam Negara untuk menarik balik semua tuduhan terhadapnya. Cikgu Azizan sangat terharu dan berkata bawa tidak ada dendam terhadap murid dan keluarganya. Dia berdoa semoga murid tersebut sukses dalam hidupnya nanti. Kasus tersebut tidak akan mempengaruhi semangat dirinya untuk terus mendidik anak bangsa.

Begitulah dilema seorang guru saat ini. Saat guru menegakkan disiplin di sekolah, tapi tidak didukung sepenuhnya oleh orang tua, maka kejadian sedemikian mungkin akan terjadi kembali satu hari nanti.  Kondisi saat ini memang sangat jauh berbeda dengan kondisi berpuluh tahun lalu. Guru adalah seorang yang sangat dihormati dan disegani saat itu. Orang tua memberi kepercayaan penuh kepada guru kepada anak-anaknya selama mereka di sekolah untuk dididik sebaik-baiknya. Apabila anak melaporkan kepada orang tuanya bahwa dia dipukul atau dirotan gurunya, maka jangan harap orang tua akan percaya begitu saja. Bisa jadi si anak akan mendapat pukulan lagi dari orang tuanya. Sehingga anak memang punya disiplin dan segan terhadap guru-guru mereka. Semoga kondisi hari ini bisa menjadi lebih baik nantinya.

#onedayonepost
#nonfiksi

#tantanganviral3

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

SUNGAI CHINCHIN, KAMPUNG DI PINGGIR BANDAR

INFINITY

FENOMENA BEBEK SINJAY: Bangkalan vs Pandan Indah