ALAH BISA KARENA BIASA

Image result for alah bisa karena biasa
Sumber foto dari Google Image


Alah bisa karena biasa. Peribahasa yang sering diucapkan untuk mengungkapkan bahwa sesuatu itu akan menjadi baik dan benar bila dilakukan berulang kali. Saat ayat pertama diturunkan pun pengulangan dilakukan. Begitu pentingnya sebuah pengulangan dilakukan agar sesuatu yang diinginkan akan menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Kita tidak membicarakan perbuatan yang negatif dalam tulisan ini. Fokusnya hanya pada perbuatan dan kebiasaan positif.

Tulisan ini terinspirasi dari beberapa kejadian terakhir ini, yang saya alami sendiri. Betapa kurangnya minat kita untuk mengulang, memahami dan baru mengambil tindakan yang tepat setelah itu. Sangat disayangkan apabila, karena kurang tanggapnya kita mengulang apa yang perlu kita pahami, pada akhirnya akan menyebabkan pengambilan keputusan yang salah dan merugikan diri sendiri.

Contoh kecil yang ingin saya ambil adalah kebiasaan kita membaca sebuah informasi dan pengetahuan yang kita terima dan dapat. Kecenderungan saat ini, kita semakin malas membacanya. Jangankan membacanya berulang kali, membacanya sekali secara tuntas pun masih sering lalai kita lakukan. Kebiasaan tidak membaca tersebut akan berakhir dengan penyebaran berita-berita hoax, berita-berita palsu yang sering memancing amarah dan emosi sebagian orang. Bahkan kadang-kadang, karena kemalasan tersebut, kita tidak mengkaji terlebih dahulu, apa setiap kalimat dan berita yang ditulis itu tepat atau tidak. Langsung saja share, tanpa pikir dua kali. Kondisi inilah yang sangat membahayakan saat ini. Mengapa tidak? Jika malas membaca, maka  pemahaman dan pengertian yang mendalam terhadap bahan yang dibagikan pun tidak akan ada sama sekali. Hasil akhirnya bisa saja, informasi akan menjalar, walaupun info yang didapat tidak benar. Atau kemungkinan lain adalah informasi hanya akan terkumpul di tong sampah, padahal informasi tersebut harus dipahami dan disebarkan.

Lebih parah lagi apabila kita adalah seorang penulis atau ingin menulis sebuah informasi. Kemalasan membaca akan sangat mempengaruhi mutu penulisan kita. Semakin banyak informasi yang kita dapat dengan membaca, maka semakin baguslah kualitas penulisan kita, lebih berbobot dan berkualitas. Bobot dan kualitas tidak hanya pada isi tulisan, tapi juga pada pengaplikasian tata bahasa yang tepat dan benar. Untuk menguasai Bahasa Indonesia yang baik dan benar, saat ini telah tersedia berbagai aplikasi dan ebook yang mudah dimiliki secara online. Pilihan tergantung pada diri kita masing-masing. Kalau kita ingin tulisan yang kita hasilkan semakin baik dari segi tata bahasanya, maka wajib untuk menguasai Pedoman Umum Bahasa Indonesia (PUEBI) dan merujuk ke Kamus Umum Bahasa Indonesia (KBBI) untuk pemilihan kata-kata yang tepat penulisan dan maksudnya. Mula-mula memang akan terasa berat, jika setiap menulis harus membuka dua aplikasi tersebut. Tapi, yakinlah, lama kelamaan semua akan tersimpan dan terekam dengan baik di dalam pikiran dan tidak perlu membukanya lagi setiap menulis. Saya sudah merasakan itu.
Saya pribadi tidak berupa suka kalau tulisan saya dikritik dari segi tata bahasanya. Karena itulah saya bertekad untuk menulis baik dan benar dari awal. Jadi mempelajari tata bahasa  dengan sungguh-sungguh adalah kewajiban yang perlu dilakukan. Saya ingin tulisan dikritik dan diperbaiki dari segi kandungan isinya, bukan lagi dikritik penggunaan huruf besar, titik, koma, atau tanda kutipnya. Tidak rugi untuk mempelajarinya. Walau ada sebagian pendapat yang mengatakan bahwa penulis itu tugasnya hanya menulis. Untuk mengedit dan menyunting adalah tugas editor dan penyunting. Memang tidak salah pendapat tersebut, tapi tidak salah juga kalau sebagai penulis kita memperhatikan tata bahasa dalam setiap penulisan. Membiasakan diri menulis dengan baik dari awal, pasti akan menjadi kebiasaan yang terus terbawa sampai kapan pun.

#onedayonepost
#nonfiksi
#bebas





Comments

Popular posts from this blog

SUNGAI CHINCHIN, KAMPUNG DI PINGGIR BANDAR

REWANG

BUMBU MI ACEH ALUBU (Review Produk)