MEMIMPIN SEBUAH KOMUNITAS SOSIAL (2)
Bunga di halaman rumah Darussalam Difoto oleh Safrina Mahmud |
Menjadi pemimpin
dari sebuah komunitas maya bukan pekerjaan mudah. Pengurusannya kadang-kadang
melebihi sesuatu yang diuruskan nyata di depan mata. Peraturan yang disusun dan
coba diterapkan pada anggota sering kali dipermainkan dan dianggap remeh. Perasaan
akan lebih dipermainkan lagi, jika komunitas itu hanyalah sebuah komunitas
sosial tak berbayar. Semua dilakukan dengan sukarela. Bahkan kadang-kadang
waktu yang dihabiskan mengurus komunitas alam maya tersebut nyaris menguras
habis semua tenaga, energi, waktu dan masa si pengelola. Haruskah sebuah
peraturan yang jelas-jelas dibuat untuk memudahkan semua yang terlibat
disepelekan? Diremehkan? Dijadikan ajang untuk mengejek?
Peraturan
dibuat untuk dilanggar. Pernyataan tersebut
sering dikeluarkan saat kita berusaha menerapkan sebuah aturan dalam sebuah
komunitas. Beranggapan bahwa, peraturan hanyalah sebuah peraturan yang tidak
ada kewajiban mutlak seseorang untuk mengikutinya. Apalagi itu di alam maya. Padahal
seperti yang telah diuraikan sebelum ini, setiap komunitas perlu ada
aturan-aturan untuk kelancaran perjalanannya. Baik itu di alam nyata maupun di
alam maya.
Di alam nyata,
kita bisa melihat langsung reaksi yang diberikan seseorang jika kita tegur
karena ketidakpatuhannya. Jadi, kita bisa mendapat kesimpulan langsung dari
situ. Alangkah sulitnya jika teguran diberikan di alam maya. Kata-kata yang
disusun dengan baik sekalipun agar tidak disalah artikan dan menyinggung
perasaan pun, masih sering membuat suasana grup panas. Apalagi jika kalimat-kalimat
yang disampaikan di chat room, adalah kata-kata langsung tanpa edit, ceplos,
tanpa berpikir efek samping ke si pembaca.
Beberapa pengalaman
yang dialami di alam maya, sering juga membuat saya terpaku dan terdiam.
Apabila apa yang saya sampaikan dengan tidak punya maksud negatif dan
menyerang, jauh sekali dari memalukan seseorang, dipahami salah oleh yang
membaca. Sehingga tidak jarang menimbulkan salah pengertian dan peningkatan emosional.
Ternyata menulis dengan hati-hati juga tidak selalu bisa menyampaikan maksud
yang diinginkan.
Kejadian lain
yang sedikit menimbulkan rasa kecewa adalah saat apa yang disusun hati-hati tersebut,
dengan pilihan kata yang tepat, tidak dibaca dan dipahami benar-benar. Sehingga
pada akhirnya salah pengertian yang terjadi. Keengganan untuk menelusuri dan
memahami apa saja yang ditulis adalah kelemahan sebagian besar dari kita. Kadan-kadang
tanpa usul periksa, langsung saja left grup, tanpa sepatah kata, padahal
saat bergabung berbagai cara dijabani, agar bisa dimasukkan ke grup. Apa rasanya
kalau kondisi begitu terjadi? Perasaan kecewa, sedih, haru biru, campur aduk. Bahkan
tak jarang air mata menetes karenanya.
Ada kalanya
ingin berhenti menguruskan semua itu. Biarlah hanya mengurus perkembangan diri
sendiri saja. Tapi, tanggung jawab yang telah diberi tidak mudah saya
tinggalkan begitu saja. Perbaikan perlu saya lakukan agar sebuah grup yang saya
ada di dalamnya dan menjadi pengurusnya tidak menjadi sebuah grup sia-sia,
hanya buang waktu untuk hal-hal yang tak bermanfaat dan berfaedah. Saya akan
tetap menjadi diri sendiri yang kritis, tegas dan lugas dalam bersikap. Walaupun
harus menerima sindiran, tentangan, dan ejekan dari siapa saja.
Sebagai manusia
normal, sekali-kali saya akan goyah juga. Tapi, saya kembali ke niat awal,
melakukan apa saja itu adalah ibadah. Ibadah yang harus saya
pertanggungjawabkan kepada-Nya. Hanya itulah penguat yang saya perlukan. Berpegang
teguh pada Dia. Selama apa yang saya lakukan dengan mengingat-Nya, maka Dia
akan terus membimbing dan menuntun langkah selanjutnya. Saya yakin
seyakin-yakinnya. Saya hanya perlu tetap merunduk, rendah hati, agar Tuhan
tetap bersama. Tidak perlu sombong dan angkuh dengan apa yang dimiliki saat
ini. Karena semua itu adalah pinjaman. Tidak perlu takut untuk melangkah,
sekali pun dihalang kanan kiri. Luruskan niat dan tetaplah bertahan. Semoga semua
pengalaman yang dilalui dapat menjadi ajang refleksi, koreksi dan instropeksi
diri.
#onedayonepost
#nonfiksi
Comments
Post a Comment