UNGKAPAN SEBUAH CINTA KASIH


Ibuku


Ini kisah seorang ibu yang ditinggal mati suaminya dalam usia yang relatif muda.  Tigapuluh satu tahun. Dengan tiga anak perempuan. Yang paling tua baru berumur sembilan tahun, yang kedua tujuh tahun dan yang ketiga masih berumur empat tahun. Kehidupan yang awalnya ditopang suaminya, sejak saat itu terbeban seluruhnya di bahunya. Dia tidak bekerja. Tidak punya sumber penghasilan lain, selain dari uang pensiun suaminya. Perjuangannya membesarkan anak-anak seorang diri dimulai.

Ibu itu memiliki ijazah dari  PGA masa itu. Sekolah setingkat SMA, Pendidikan Guru Agama, dan sempat berkuliah di IAIN (Institut Agama Islam Negeri-UIN sekarang). Kuliahnya terhenti karena menikah. Langkah awal yang dilakukan saat itu adalah mengaktifkan kembali ijazah yang dimiliki itu. Ijazah itu hanya dibenarkan untuk mengajar di SD masa itu. Singkat cerita, si Ibu mendaftarkan diri untuk menjadi guru dan ditempatkan di sebuah sekolah yang agak terpelosok, jauh dari rumah. Kondisi itu tidak mematahkan semangatnya untuk membesarkan anak-anak yang masih bersekolah dan pasti memerlukan biaya yang besar. 

Sepeda menjadi peneman beliau menuju sekolah setiap paginya. Perjalanan yang melalui kawasan pedesaan dengan jalan berbatu, tidak menjadikan alasan baginya untuk berhenti mengabdikan diri di sana. Tapi, si Ibu punya semangat yang kuat untuk terus memperbaiki diri dan meningkatkan kemampuan ekonominya. Keputusan yang diambil saat itu adalah melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi dari hanya sekedar berijazah PGA. Akhirnya mendaftarlah beliau ke sebuah perguruan tinggi di kawasan tempat tinggalnya. Saat itu, penerimaan mahasiswa tidak bergantung dari tahun tamat sekolah menengahnya, seperti yang diberlakukan sekarang. Beliau mengambil program diploma dua tahun, di FKIP. Selesai diploma, beliau dipindahkan untuk mengajar di SMP. Alhamdulillah lokasi sekolah lebih dekat dari rumah. Sepeda masih tetap menjadi peneman ke sekolah. Saat itu anak yang pertama juga belajar di tempat yang sama.

Peningkatan biaya hidup, menuntut beliau terus berusaha meningkatkan pendapatan. Pilihannya adalah melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Pada akhirnya beliau berhasil memperoleh gelar sarjana. Saat itu anak tertua juga sudah mulai memasuki alam perkuliahan. Perjuangannya membesarkan anak-anak seorang diri tidak pernah dijadikan beban. Di awal-awal kehidupan selepas kehilangan suami, berhutang sana-sini sering dilakukannya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Beliau juga mengajarkan anak-anak sekitar rumah untuk mengaji setiap petang. Lebih dua puluh anak memenuhi ruangan tengah rumah, duduk dengan tertib membaca baris-baris ayat di kitab suci. Berbagai usaha dilakukannya untuk memastikan anak-anaknya bisa hidup layak dan berkecukupan.

Beliau adalah seorang ibu yang sangat welas asih. Tidak pernah sekalipun beliau memarahi anak-anaknya karena beban stress yang dipikul. Anak-anaknya membesar dengan baik. Walaupun anak tertuanya sering sekali bersikap agak menjengkelkan. Meskipun keluar bekerja setiap hari, dia tidak pernah mengabaikan tanggung jawabnya di rumah. Setiap pagi sarapan akan tersedia buat anak-anak sebelum semua berangkat ke sekolah. Sepulang sekolah, dia juga akan menyiapkan hidangan makan siang. Semua dilakukannya sendiri. Sampai masanya, anak-anak sudah bisa mengambil alih tugas-tugasnya di rumah, barulah dia mengurangkan aktifitasnya di dapur. Beliau tidak pernah menyuruh anak-anaknya buat ini, buat itu. Semua ditunjukkannya dengan perbuatan, teladan. Memang sebuah pribadi yang mengagumkan. Beliau adalah Ibuku. Ibu dengan cinta yang tak pernah putus. Aku berharap bisa membalas jasa-jasanya hari ke hari, dengan menjadi anak yang saleh dan mampu mendidik anakku sesabar ibuku.


Comments

  1. Menuju hari ibu. Selamat hari ibu mbak irai ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih Kiky..(saya panggil Kiky aja ya, lebih enak dan akrab kedengarannya...)..:)

      Delete
    2. Selamat Hari Ibu juga ya Ki..maaaf telaat. Kirain belum jadi ibu..hehheeh

      Delete
  2. Ibu, tak perlu sikap yang baik pun tetap saja mulia, ibu mulia dengan karakter unik yang menyertainya.. selamat hari ibu

    ReplyDelete
  3. Masyaallah . Manusia yang dititipi pintu surga itu selalu membuat terharu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selalu...dan tanpa disadari air mata mengalir setiap mengenangnya.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

SUNGAI CHINCHIN, KAMPUNG DI PINGGIR BANDAR

REWANG

BUMBU MI ACEH ALUBU (Review Produk)