HARUSKAH BERMUSUHAN?
Dua hari yang cukup melelahkan. Waktu dihabiskan hanya untuk mengurus komunitas online yang perlu perhatian sedikit lebih dari biasanya. Mengurus "manusia" bukan satu hal yang mudah dikendalikan. Apalagi manusia-manusia alam maya. Walaupun sebagiannya sudah bertemu di alam nyata.
Lelah fisik belum tentu mempengaruhi mental. Tapi, saat mental lelah, maka kondisi fisik akan langsung terpengaruh. Itulah yang saya rasakan hari ini.
Memimpin sebuah komunitas yang sudah terikat akrab dengan pertemuan-pertemuan yang lebih mendekatkan, sebenarnya sangat menyenangkan. Tapi, kenyamanan akan terusik apabila ada "manusia", yang merasa lebih berhak dan berkuasa ikut campur untuk membawa komunitas ke arah yang diinginkannya. Hanya karena dia adalah seorang "pendiri", founder. It's really unfair.
Haruskah sebuah komunitas yang seharusnya lebih maju ke depannya, harus hancur dan hilang karena keegoan? Tentu tidak...! Saya pribadi adalah orang yang tidak pernah mau mencari dan punya musuh. Siapapun dia. Tapi, saat tindakan kita disalah artikan dan kemudian dimusuhi sebelah pihak, apa yang harus saya lakukan? Ikut terpancing untuk bermusuhan? Stay cool? Atau apa? Pilihan ada di tangan saya, bukan di tangan siapa-siapa.
Sejak lama, saya selalu berdoa kepada-Nya, untuk didekatkan dengan orang-orang yang memberi kebaikan dan tidak didekatkan dengan orang-orang yang hanya mengambil manfaat dari saya, untuk kepentingannya. Ternyata doa demikian cukup mujarab. Saya terus didekatkan Tuhan dengan orang-orang yang tepat, orang-orang baik yang begitu inspiratif dan ringan tangan. Apabila ada yang tidak seperti doa tersebut, secara perlahan akan dijauhkan dengan berbagai cara-Nya.
Kembali kepada kasus di atas, apa yang harus menjadi pilihan saya sebenarnya? Saya tidak mau dan tidak suka mencari musuh. Terus berusaha senantiasa positif dengan sekeliling. Shock dan reaksi sedih hanya boleh berlaku sebentar. Itu sudah prinsip yang saya yakini dari dulu. Tetap berbaik hati dan berprasangka baik terhadap siapa pun, walaupun itu adalah musuh. Karena kita tidak pernah tahu siapa yang akan menolong dan membantu kita ke depan. Mungkin juga orang yang sangat kita benci, yang menjadi musuh, yang akan menolong satu hari ini. Refleksi sikap begini adalah juga upaya untuk mengurangkan kadar kesombongan yang kita miliki.
Bagi saya bermusuhan itu bukan hal yang mudah dilakukan. Banyak pertimbangan harus dilakukan, sebelum sikap tersebut terjadi. Bermusuhan tidak akan pernah membahagiakan. Hidup hanya akan dipenuhi sikap-sikap negatif terus menerus. Jadi, buat apa itu menjadi pilihan saya? Saya memilih untuk bahagia. Bahagia yang harus dicari sendiri. Find your happines..!
Semoga yang masih menegakkan bendera bermusuh, bisa kembali reda hati dan sikap tingkah lakunya. Jangan sampai aib sendiri terus terpampang dan dipahami lebih ramai orang lagi. Semoga kesejukan akan cepat menghampiri dan dengan gagah menyampaikan maaf untuk semua keangkuhannya.
Comments
Post a Comment