H.C. ANDERSEN SI PENDONGENG ABADI
Prangko Denmark bergambar Hans Christian Andersen 1935 Gambar: Google |
H. C. Andersen
adalah seorang penulis yang bukunya saya gandrungi di masa kecil dulu. Kisah-kisah
seperti Puteri Salju, Itik Buruk Rupa, Gadis Korek Api, dan lain-lain,
menjadi bacaan sehari-hari di saat itu. Saling bertukar buku yang dimiliki,
menjadi alternatif untuk bisa membaca semua hasil karya H.C. Andersen.
Cara bercerita
H.C. Andersen yang ringkas dan jelas, dengan dialog-dialog sederhana yang mudah
dipahami, sangat sesuai untuk bacaan anak-anak. Saat itu, bukunya dijual hampir
di semua toko buku. Sangat mudah didapat dan menjadi kegilaan anak-anak untuk
membaca dan menghabiskannya dalam waktu yang singkat.
Tidak banyak
yang saya tahu tentang perjalanan hidup seorang H.C. Andersen, saat itu. Yang
saya ketahui hanya buku-buku barunya yang beredar di pasar dan jadi rebutan di
antara teman-teman. Buku yang sangat sederhana, hanya berwarna hitam putih,
tapi begitu memberi daya tarik yang besar.
Hans Christian
Andersen atau yang lebih dikenal dengan H.C. Andersen, lahir pada 2 April 1805,
di kawasan kumuh kota Odense, Denmark. Walaupun berasal dari keluarga yang
miskin, tapi dari kecil, H.C. Andersen sudah mengenal berbagai cerita dongeng
dan cerita rakyat dari ibunya. Ayahnya pula sering membawanya menyaksikan pertunjukan
sandiwara. Pengalaman masa kecilnya memberi kesan yang sangat dalam untuk
kariernya di kemudian hari.
Kehidupannya mulai
meningkat naik setelah bertemu dengan Raja Denmark, Raja Frederik VI. Dia disekolahkan
dan dibiayai perjalanan keliling dunianya. Dari perjalanan itu berbagai buku
dan tulisan telah dilahirkan. Jilid pertama bukunya diterbitkan sebelum dia
memulai kelas bahasanya. Karya pertamanya itu diberi judul The Gost at
Palnatoke’s Grave (1822).
Berbagai karya
lain juga diterbitkan saat dia kuliah. Kisah perjalanan yang berjudul Fodreise
fra Holmens Kanal Til Ostpynten af Amager (Berjalan Kaki dari Kanal Holmen ke
Titik Timur Amager), mendapat sambutan yang luar biasa. Gaya penulisannya
diadopsi dari seorang penulis roman Jerman, E.T.A. Hoffman. Buku puisinya, The
Dying Child ikut diterbitkan. Royal Theater, mementaskan drama musik karyanya.
Novel pertamanya turut diterbitkan dan mendapat sukses besar. Karya novel-novel
terbarunya terus ditulis dan diterbitkan, disamping puluhan cerita dongeng
untuk anak-anak.
Walaupun
novel-novelnya cukup terkenal dan mendapat sambutan yang baik, tetapi H.C.
Andersen lebih dikenal sebagai penulis cerita dongeng untuk anak-anak. Serial
cerita anak-anaknya merupakan kisah-kisah yang ditulis kembali berdasarkan
cerita yang didengar dari ibunya sewaktu kecil. Dia telah menulis 156 cerita.
Dua belas diantaranya adalah dongeng yang ditulis berdasarkan cerita rakyat Denmark.
Selebihnya merupakan cerita yang ditulis berdasarkan khayalan dari buah
pikirannya sendiri.
Pada 1835, dia
menerbitkan cerita anak-anak Tales for Children, dalam bentuk buku saku
dan berharga murah. Buku yang kecil dan ringan mudah dibawa kemana-mana dan
bisa dibaca dimana saja. Kesan terhadap bentuk buku yang demikian ikut saya
rasakan dulu. Harganya pun jadi murah dan terjangkau anak-anak untuk
memilikinya.
Cerita-ceritanya
bersifat universal dan mengandung pesan-pesan moral. Ringan pertuturannya dan
mudah dipahami. Sehingga tidak mengherankan di kemudian hari, cerita-cerita itu
diterjemahkan ke dalam 147 bahasa di dunia. Pesan-pesan yang disampaikan tidak
hanya sesuai untuk anak-anak, tetapi sesuai untuk orang dewasa juga. Sampai
saat ini, saya masih suka membaca dan menyimpan bukunya, yang dibeli sewaktu
kecil. Memang pendongeng abadi yang jauh melewati masanya.
==============
Note:
Tulisan ini ditulis untuk memenuhi tantangan minggu ini di ODOP4, yang harus menuliskan kisah penulis favorit berbentuk feature (gaya bertutur). Semoga sesuai dengan yang diinginkan.
Comments
Post a Comment