KAMBING HITAM



foto dari pixabay: kambing hitam


"Bangun-bangun, subuh, mandi, sarapan dan siap ke sekolah!"

Suara kakak mulai menggema, di pagi subuh yang dingin membangunkan abang dan adik-adiknya. Si kakak sendiri, sejak satu jam sebelumnya, sudah bangkit dari tidurnya. Dia telah selesai menyiapkan sarapan dan segala keperluan sebelum azan berkumandang.

Adik-adiknya bangun dengan sigap dan terus bersiap. Sementara si abang, masih setia dengan selimutnya. Berkali-kali si kakak, bolak-balik membangunkannya. Sampai akhirnya, jam menunjukkan angka tujuh, barulah si abang bangun sambil terkejut. Dia cepat-cepat meraih handuknya dan mandi.

Jam sudah bergerak sepuluh menit dari angka tujuh pagi. Si abang baru keluar dari kamar mandi dan mulai terburu-buru. Mulai berkomat-kamit, marah-marah ke si kakak. Dia mengomel mengalahkan perempuan. Sambil bilang, 
"Kenapa bangunkan lambat?" 
"Dari jam berapa bangunkannya?" 
Terlambatlah aku ke sekolah!"
"Malu dilihat teman kalau datang terlambat!" 

Dan, berbagai ucapan-ucapan lain, mulai yang baik sampai akhirnya kata-kata menyakitkan telinga pun keluar berjejer. Hmmm....si kakak cuma bisa menarik nafas panjang dan dadanya sesak. Ingin membalas, tapi tidak ada gunanya. Pasti semakin panjanglah ungkapan-ungkapan "menarik" yang akan keluar dari mulut abangnya itu. Diam adalah cara terbaik menurutnya.

Sekelumit cerita di atas adalah kisah yang tanpa disadari sering terjadi di sekitar kita. Mencari orang lain untuk dijadikan sebab atas kesalahan dan ketidaknyamanan yang dilakukan sendiri. "Kambing hitam", istilahnya. 

Kalau kambing hitam disembelih, dikuliti, lalu dibakar, itu sudah pasti enak. Apalagi dimakan dengan saus merica hitam dan salad mayonis. Hmmm...bertambah-tambahlah makannya. Tidak akan berhenti, selagi si kambing hitam itu habis dikuliti semua bagian dagingnya. Hahhaa...

Naah, "kambing hitam", yang jadi pembicaraan di sini adalah kiasannya. Alangkah kesalnya kalau kita dijadikan sebab untuk kegagalan seseorang. Padahal kita tahu dan orang itu pun sebenarnya tahu, kalau kegagalan itu adalah karena diri dia sendiri.

Kenapa perlu mencari orang lain untuk menjadi penyebab kegagalan kita? Kenapa harus menyalahkan orang lain, untuk segala yang tidak berhasil dalam perjalanan hidup kita? Bukankah itu makin menunjukkan kelemahan diri? Perlukah itu dilakukan? 

Orang yang begitu, biasanya pikiran negatif lebih menguasai diri. Sehingga apa saja yang berlaku, selalu yang negatifnya yang terlihat dulu. Padahal seringnya sangkaan tersebut tidak terjadi pun. Tapi dia sudah terlebih dahulu membayangkan yang buruk-buruk itu.

Hidup orang-orang begini, biasanya akan mempunyai tingkat stress yang tinggi. Emosionalnya berada pada taraf mengkhawatirkan. Nyamankan hidup begitu? Energi habis terkuras, untuk hal-hal yang mubazir. Hal-hal yang tidak memberi manfaat apa-apa, selain menambah penilaian negatif orang terhadap kita. 

Menjadi dewasa, tidak hanya dengan bilangan usia yang berjejer. Menjadi dewasa juga harus diikuti dengan kematangan jiwa. Saat jiwa matang, sikap pun akan lebih tenang dan bisa berpikiran jernih. Tidak akan serta merta mencari orang lain menjadi penyebab keburukan yang dialaminya. 

Berhentilah mencari "kambing hitam", carilah "kambing putih". Karena dengan begitu, kita lebih rileks menanggapi situasi bagaimana pun. Kambing putih maksudnya, salahi diri sendiri, instropeksi diri dan lakukan perbaikan, untuk kenyamanan diri sendiri.

Comments

Popular posts from this blog

SUNGAI CHINCHIN, KAMPUNG DI PINGGIR BANDAR

INFINITY

FENOMENA BEBEK SINJAY: Bangkalan vs Pandan Indah