SEKELUMIT KISAHKU..

Aku adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Ketiga-tiganya perempuan. Aku lahir dan besar di Darussalam, Banda Aceh. Sejak umur sembilan tahun, aku sudah ditinggal ayah. Jadi, kehidupan masa kecil kami sekeluarga lumayan susah. Ibuku tidak bekerja waktu itu. Kehidupan yang serba kekurangan itu, menempaku hidup apa adanya. Setiap punya keinginan terhadap sesuatu, maka perlu kerja keras untuk mendapatkannya. Apa yang diinginkan hari ini, belum tentu didapat hari itu juga. 

Kehidupan yang demikian membuat aku lebih kreatif dan berinisiatif sedari kecil. Saat kecil, di rumah hanya ada televisi hitam putih, tidak seperti di rumah teman-teman, yang semua TV-nya berwarna. Jadi, jika aku menonton film di TV, aku tidak pernah mendeskripsi warna baju bintang filmnya, tetapi mengingat tokohnya. Siapa namanya di film dan siapa nama aslinya. Sehingga akan sangat berbeda dengan deskripsi teman-teman, saat kami saling bercerita tentang film tersebut. Sedari kecil juga aku sudah sering memimpin teman-teman menguruskan berbagai program. Karakter memimpin ini juga mungkin terbawa sifat seorang anak sulung.

Aku adalah seorang yang sangat suka berorganisasi sejak kecil hingga sekarang. Walaupun kegiatan berorganisasi tersebut sempat terhenti saat memasuki kehidupan rumah tangga. Tapi, karena jiwa bersosialisasi sudah sangat melekat denganku, maka kemana pun aku pergi, aku akan mencoba melibatkan diri dengan berbagai kegiatan, terutama dengan masyarakat tempat tinggalku. 

Mendekati hitungan delapan belas tahun aku berhijrah ke Kuala Lumpur, Malaysia, mengikuti suami yang berasal dari Perak, Malaysia. Aku tidak pernah membayangkan akan tinggal dan menata kehidupan di sebuah kota metropolitan seperti KL. Walaupun persiapan mental sudah kulakukan sebelum berhijrah, tapi ternyata kehidupan di sebuah tempat asing, yang katanya serumpun ini, memberikan shock culture yang tidak sedikit. Aku nyaris kehilangan suara ketika awal berada di KL, karena hampir seharian tidak berbicara dengan siapa pun. Suami keluar bekerja pagi-pagi dan pulang menjelang malam. Ketakutanku untuk bersosialisasi dengan orang-orang sekitar tempat tinggal, membuatku tidak punya teman banyak. Persepsi sebagian masyarakat di Malaysia, yang memandang sinis dan miring tentang WNI, membuatku kurang mau bergaul dengan mereka, terutama yang berketurunan Melayu. Ditambah lagi logat aku berbicara sangat ketara Indonesianya. Tapi, lama kelamaan aku mulai menepis semua ketakutan itu. Aku mulai ikut beberapa kegiatan masyarakat sekitar rumah. Sedikit demi sedikit aku mulai membuka diri lagi. Aku juga sempat bekerja, membantu tante suami yang baru membuka sebuah toko ketrampilan patchwork. Saat bekerja itu, aku mulai mendobrak lagi ketakutan-ketakutan yang kubangun sendiri. Aku mulai berani menaiki bus, train, teksi kemana pun aku ingin pergi. Sehinggalah ke hari ini, aku mulai lagi punya rasa percaya diri yang menjadi kekuatanku bertahan hidup di tanah rantau ini.

Di tanah inilah aku mulai menemukan kembali minat-minat yang telah lama kutinggal. Minat berorganisasi dan ikut serta dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, kembali kutekuni. Dan, yang lebih kusyukuri adalah aku bisa menyalurkan minat dalam dunia pendidikan dan pengajaran dengan aktif menularkan beberapa ilmu ketrampilan kepada siapapun yang berminat. Situasi ini, sangat membantuku membangun kembali rasa percaya diri yang sempat hilang lama. Satu lagi minat yang sekarang terus kukembangkan adalah di bidang penulisan. Perjuangan untuk meningkatkan  skill di bidang ini, terus kulakukan. Walau usia bukan muda lagi, tapi itu bukan menjadi penghalang untuk terus belajar.

Inilah sekelumit kisah hidupku...! Tulisan ini ditulis untuk memenuhi tema tantangan minggu ini: Tentang Aku dan Pengalaman yang Paling Berkesan di Hidupku.

Comments

Popular posts from this blog

SUNGAI CHINCHIN, KAMPUNG DI PINGGIR BANDAR

INFINITY

FENOMENA BEBEK SINJAY: Bangkalan vs Pandan Indah