KUASA MEMABUKKAN (2)
`
Bahagian 2.
Bahagian 2.
Korban yang cedera parah dibawa ke rumah sakit untuk dirawat. Ramai
reporter sudah menunggunya di sana. Kebetulan, kepala polisi Dani, juga sedang
dirawat di tempat yang sama. Dia merasa sangat terganggu dengan kehebohan yang
terjadi saat itu. Ketidaksenangannya bertambah, saat pengacaranya bertanya
apakah dia akan tetap menuntut korban.
Dani memang seorang polisi, tapi dia juga lulus ujian pengacara. Jadi
dia merasa perlu memberi sedikit pengajaran kepada pengacaranya, untuk menjawab
pertanyaannya itu. Dengan tegas dia mengatakan: “Jika dinyatakan tidak
bersalah, artinya tuduhan itu palsu! Ini adalah unsur utama sebuah kasus
pemerkosaan!” Akhirnya pengacaranya mengerti bahwa tuntutan harus
diteruskan.
Dani masih gusar dan tidak tenang. Tiba-tiba dia teringat pada
seorang wanita, yang pernah dia dan Tedi, pengawal pribadinya temui, sepuluh
tahun lalu. Saat itu, wanita tersebut bersedia menandatangani perjanjian tidak
akan menuntutnya. Dia khawatir, wanita itu muncul lagi dan menunjukkan bukti
kesalahannya. Karena wanita tersebut memiliki sebuah kaset.
Tedi mengatakan kalau memang Dani telah dinyatakan tidak bersalah,
maka dia tidak perlu khawatir lagi. Dia boleh bersikap tenang lagi. Karena wanita
tersebut juga tidak menuntutnya, walaupun mempunyai kaset, yang diyakini
sebagai bukti semua prilaku sumbangnya.
Dani masih tidak yakin dengan alasan tersebut. Dia masih menduga,
wanita tersebut punya motif tersendiri untuk menuntutnya satu hari nanti.
***
Malam hari, Dira dan ibunya mengobrol sebelum tidur. Dira mengobati
luka tangan ibunya yang teriris pisau siang tadi. Ibunya bertanya ke Dira, “Apakah
sebaiknya ibu menikah lagi? Biar kamu punya seorang ayah?”
Dira pantas menjawab, “Aku tidak yakin ibu akan lakukan itu.
Dunia tidak semudah itu, Bu…”
Ibunya terdiam dan agak kesal. Tapi spontan setelah itu, dia menjentik
telinga Dira dengan kasih dan tersenyum simpul. Dira marah dan tidak mau diajak
ngobrol lagi oleh ibunya. Dia memilih menyambung pelajarannya. Ibunya terus
mengganggunya dan mengajak dia bermain.
Sambil bergurau, Sofia, si ibu bertanya ke Dira, “Kamu mau jadi
apa kalau sudah besar nanti?” Dira menjawab dengan yakin, kalau dia mau
menjadi seorang dokter. “Oh, bagus…! Jadi, kamu bisa tolong orang susah di
kampung kita, yang sakit dan memerlukan bantuanmu…”, ibunya memberi
dorongan.
Tapi, Dira menjawab, “Aku tidak mau jadi dokter di kampung dan
menolong orang susah. Aku mau jadi dokter yang bisa menghasilkan uang yang
banyak.”
Ibunya tidak percaya Dira berpikir seperti itu. Tapi, Dira
meyakinkan, bahwa ia melakukan itu semua bukan untuk dirinya, tapi untuk
ibunya. Sofia sangat berterima kasih, karena anak gadisnya sangat dewasa dan
berpikir untuk kebaikan dirinya. Dia memeluk Dira dengan penuh saying.
Setelah Dira tidur, Sofia menangis sendirian, sambil mengambil
sebuah kotak yang sudah disimpan lama. Di dalamnya ada sebuah kaset yang
bertuliskan nama Dani. Sofia teringat apa yang dikatakan Jaksa Tuti siang tadi.
Dia bertekad untuk melakukan sesuatu dengan kaset tersebut.
Keesokan paginya, setelah datang membezuk temannya yang terkorban
kemarin, dia terus menelepon Jaksa Tuti. Dia memberitahu Tuti, bahwa dia
memiliki sebuah kaset, yang berisi rekaman semua bukti kejahatan yang telah
dilakukan Dani, sepuluh tahun lalu.
Saat itu juga, Tuti bergegas ke rumah sakit. Dia berpapasan dengan
Dani di pintu lift dan sempat berbasa-basi sebentar. Sebelum pintu lift
tertutup Tuti mengatakan kepada Dani, bahwa persidangan belum berakhir. Dani,
tiba-tiba kehilangan ketenangannya dan mulai kesal. Dia sempat berpikir apakah
Tuti datang ke rumah sakit sengaja untuk membuatnya kesal?
***
Sementara itu, Sofia berada dalam lift untuk menjumpai Tuti. Saat dia
akan keluar di tingkat 1, tiba-tiba ada pesakit yang harus segera dibawa ke
tingkat 3. Sofia tidak sempat keluar dan perawat memohon pengertiannya, karena
darurat. Akhirnya dia pun ikut naik ke tingkat 3. Setelah pesakit dikeluarkan,
Sofia bergegas untuk menutup pintu lift, tapi tiba-tiba ada yang menahan dan
Dani bersama pengawalnya, Tedi, masuk ke dalam lift. Sofia terkejut, tapi
berusaha tenang, sambil menggenggam erat tas berisi kaset tersebut.
Dani dan Tedi masih tidak menyadari keberadaan Sofia. Mereka berdiri
di depannya. Lift pun turun ke tingkat 1. Tiba-tiba pager Sofia berbunyi. Pager
dari Tuti, yang memberitahu bahwa dia sudah berada di rumah sakit dan
menunggunya. Bunyi pager membuat Dani spontan melihat ke belakang. Pada saat
yang sama pintu lift terbuka dan dia melihat Jaksa Tuti melintas di depannya
seperti sedang mencari seseorang. Tiba-tiba dia teringat apa yang dikatakan
Tuti sebelum ini dan menyadari sesuatu, saat memandang Sofia. Tanpa diperintah, Tedi mengerti apa yang
dipikirkan Dani dan langsung menutup pintu lift serta menghadang Sofia yang
hendak keluar dari lift.
***
Di rumah, Dira terbangun dan memanggil ibunya. Dia melihat ibu tidak ada di sampingnya. Dira terlihat kertas terlipat di atas meja dan
membukanya. Ibunya menuliskan bahwa ia ke pasar dan akan pulang jam 8. Sofia menyuruh
Dira untuk bersarapan di rumah nenek Sita.
Dira melihat jam sudah menunjukkan pukul setengah 10 pagi,
sementara ibunya berjanji akan pulang pukul 8 pagi.
***
Jaksa Tuti masih menunggu Sofia. Jam sudah menunjukkan pukul 2
siang, tapi Sofia masih tidak muncul juga.
Seorang petugas menghampirinya dan memberitahu sudah mengecek CCTV,
tapi resolusinya sangat jelek dan tidak dapat melihat apapun. Dia juga
berpendapat bahwa, mungkin saja telepon tersebut hanya main-main saja.
***
Malamnya, sambil menangis, Dira berlari ke rumah nenek Sita. Dia
memberitahu nenek bahwa ibunya belum pulang ke rumah. Polisi pun turut mencari
ibu Dira, tapi tetap tidak ditemukan.
Dira tidak berdiam diri. Dia menyebarkan pengumuman tentang kehilangan
ibunya. Dia menempelkannya di semua tempat, dengan harapan ada orang yang
mengenali dan bisa memberi petunjuk dimana ibunya berada. Sampai akhirnya dia
sudah melanjutkan sekolah di SMP, ibunya tetap hilang tanpa jejak.
Bersambung...
Note:
Tulisan ini adalah bagian kedua dari cerbung "KUASA MEMABUKKAN". Merupakan tantangan ODOP terakhir. Ide cerita diambil dari drama Korea "Witch at Court", yang sedang ditayangkan di KBS, saat ini. Tokoh dan alur cerita sedikit diubah, sesuai dengan imajinasi penulis. Semoga bisa jadi ajang belajar, untuk terus mendalami penulisan fiksi.
Comments
Post a Comment