KUASA MEMABUKKAN (3)
Bahagian 3.
2017
Dira sudah
dewasa dan telah menjadi seorang jaksa yang cukup dikenali. Perwatakannya yang
tegas dan tidak mudah dipengaruhi, menjadi modal besarnya menjadi seorang
pembela dan penyelidik bagi kasus-kasus yang ditanganinya.
Berbagai kasus
besar berkaitan dengan praktek-praktek ilegal menjadi santapannya sehari-hari. Dengan
keahliannya, dia berhasil menyelesaikannya dengan baik. Tapi, hasil kerjanya
sering disepelekan oleh bosnya, karena dia seorang perempuan. Setiap dia mampu
menyelesaikan sebuah kasus, jarang sekali dia dibawa ke depan sebagai seorang
yang telah berjasa menguraikan kasus tersebut. Begitu juga dengan kasus
terakhir yang ditanganinya.
Kasus yang
melibatkan seorang dokter yang melakukan operasi bahu seorang pasien sehat,
hanya karena pasien tersebut ingin menghindar dari kewajibannya mengikuti wajib
militer. Praktek ilegal itu tidak dilakukan sekali, tapi sudah menjadi mata
pencaharian baginya. Untuk setiap operasi, dia mendapat bayaran yang tinggi. Sehingga
dia mampu pelesir dan bersenang-senang di tempat-tempat hiburan kelas dunia. Misalnya
ke tempat perjudian, Macau, Hongkong.
Dira dengan
kepandaiannya berhasil mendesak dokter itu mengakui semua praktek illegal yang
dilakukannya. Setelah untuk beberapa lama, tidak ada seorang penyelidik pun
yang mampu melakukannya. Bos Dira sangat senang dengan keberhasilan tersebut. Tapi,
seperti yang diceritakan sebelumnya, penghargaannya terhadap Dira tidak 100%,
disebabkan Dira adalah seorang perempuan.
Dira, adalah
seorang wanita yang agak ambisius. Dia tidak terima diperlakukan seperti itu. Berbagai
usaha dia lakukan agar eksistensinya diakui bosnya dengan cara yang halus dan
tanpa disadari bosnya. Akalnya licik. Ada saja caranya untuk membuat lawannya tidak
berkutik.
Seperti terjadi
saat kesuksesan dia membongkar kasus dokter tersebut. Saat konferensi pers
diadakan, kepala unit dimana Dira bekerja tidak memberikan kesempatan kepadanya
untuk berbicara di depan pers, bagi menjelaskan semuanya. Dia malah memilih rekannya
yang lebih senior memberi keterangan. Dia beranggapan, seorang wanita seperti
Dira tidak layak untuk menjelaskan sesuatu yang berkaitan dengan militer.
Dira tidak mampu
berbuat apa-apa, selain membiarkan saja bosnya, Arman, menunjuk Dito, seorang
jaksa senior di unit mereka, untuk memberikan penjelasan. Sampai akhirnya,
seorang reporter bertanya, “Siapakah informan yang telah memberikan
data-data, sehingga kasus ini bisa diselesaikan.. Dan, bagaimana cara
mendapatkannya?”
Dito
kebingungan, karena semua pertanyaan tersebut tidak ada dalam lampiran yang
diberikan padanya. Saat itulah, Dira diperkenankan untuk maju ke depan memberi
penjelasan oleh Arman. Dengan senyuman senang dan bangga, Dira maju dan memberi
penjelasan, sambil membuka map berisi lampiran yang sudah disiapkannya sebelum
ini.
***
Kilas Balik
Setelah Jaksa
Arman memberikan tugas kepada Jaksa Dito untuk memberi keterangan pada
konferensi pers, maka Dira pun keluar dari ruangan dengan perasaan kesal. Secara
tidak sengaja, dia bertabrakan dengan seorang reporter wanita. Map yang
dibawanya terjatuh dan lampiran yang sudah disiapkannya berserakan di lantai. Saat
membantu mengumpulkan kertas yang berserakan, reporter tersebut terlihat sebuah
foto, yang dia ketahui adalah foto dokter yang menjadi tersangka. Dia langsung
bertanya ke Dira, “Adakah dia informannya?” Dira tidak mau
menjelaskannya, tapi meminta reporter wanita itu bertanya saat konferensi pers
nanti.
***
Karena itulah,
reporter wanita tersebut bertanya tentang itu saat konferensi pers berlangsung.
Sehingga Dira bisa menggantikan Dito, untuk melanjutkan keterangan. Cara yang
halus dan agak-agak licik, begitulah tipe sehari-hari Dira. Setelah konferensi
pers selesai, Kepala Jaksa pun memberi ucapan selamat kepada Dira atas
keberhasilannya menyelesaikan kasus tersebut.
***
Malam hari,
untuk merayakan keberhasilan tersebut, Jaksa Arman dan seluruh timnya
merayakannya di sebuah pusat karaoke. Seluruh anggota tim adalah lelaki,
kecuali Dira. Saat itulah beberapa kejadian yang tidak disukai Dira terjadi.
Pelecehan seksual terhadapnya dilakukan oleh Arman. Dia memaksa Dira untuk
duduk di dekatnya dan menuangkan minuman untuknya. Dira menolak dan
berpura-pura terjatuh serta menekan tombol untuk lagu berikutnya. Dan, Dira memberi
alasan lagu sudah dimulai dan dia akan menyanyi lagi.
Tidak berapa
lama, reporter wanita yang bertanya di konferensi pers tadi, datang. Jaksa Arman
ternyata sudah mengenalinya dan memanggilnya Stella. Ia langsung menarik Stella
untuk duduk di sampingnya, walaupun Stella terlihat enggan.
Selesai Dira
menyanyi, Stella menanyakan kapan semua data orang-orang yang terlibat dengan kasus dokter tersebut akan disiarkan kepada umum.
Stella ingin menjadi orang pertama untuk mendapatkan berita eksklusif. Karena sebelum
ini dia pernah gagal dan hampir dipecat. Dia mendapat tahu, bahwa reporter yang
mendapat berita eksklusif sebelum ini, dekat dengan Jaksa Arman. Atas sebab
itulah dia mulai mendekati Arman.
Arman mengambil
kesempatan dengan situasi itu. Dia mulai berbuat mesum, dengan memegang bahu
dan merangkul Stella, sambil mengatakan dia tidak ingat apa-apa.
Dira melihat
semua perbuatan Arman dan merasa tidak suka dengan prilaku mesum yang dilakukan
bosnya. Tapi dia hanya bisa diam, tidak bisa berbuat apa-apa.
Stella masih
belum menyerah, dia masih mencoba mendapatkan nama-nama yang diinginkannya itu
dari Arman. Arman mulai melakukan tindakan yang tidak senonoh pada Stella,
walaupun dia sudah menolak berkali-kali dan memintanya berhenti. Stella sempat
bertemu mata dengan Dira, tapi Dira hanya senyum dan tidak perduli sambil
beranjak keluar menuju toilet.
Tidak sengaja
dia melihat Arman yang mengekori Stella, yang ingin ke toilet. Arman terus
berusaha untuk melakukan tindakan tidak bermoral terhadap Stella. Karena sudah
merasa sangat terganggu, Stella menginjak kaki Arman dengan sepatu bertumit
tinggi dan runcingnya dan buru-buru meninggalkan tempat itu. Lagi-lagi dia
terserempak dengan Dira yang menyaksikan kejadian itu dari jauh dan tidak mampu
berbuat apa-apa.
Akhirnya semua
pulang. Arman hanya menjelaskan kepada yang lain bahwa dia terjatuh, saat beberapa
anggota timnya bertanya kenapa dia berjalan terjingkit-jingkit. Dia menambahkan
bahwa dia terjatuh dari tangga. Sementara itu Dira membantah. Dia bilang Arman
bukan jatuh, tapi ditendang.
***
Di lobi
apartemennya, Dira bertemu dengan seorang lelaki yang mencurigakan.
Kecurigaannya meningkat karena tadi dia melihat lelaki itu akan menaiki lift
lain, tapi begitu melihat Dira naik lift yang satunya, dia pun turut memasuki
lift tersebut.
Dira menekan
tombol 8, lantai dimana rumahnya berada. Tapi, tidak melihat lelaki itu menekan
tombol. Dia pun bertanya kepada lelaki itu, “Lantai berapa? Kenapa tidak
menekan tombol?” Lelaki itu menjawab, “Lantai 8 juga…” Dira tidak
percaya, sambil mencibir dia berucap, “Malam ini penuh dengan lelaki-lelaki
mesum, ya?”
Lelaki itu
adalah Febrian, yang memakai jaket
dengan penutup kepala. Dia tidak terima dicurigai Dira dan menegaskan bahwa dia
memang tinggal di lantai 8. Dira masih tidak percaya. Dia menantang Febrian
untuk berjalan di depannya dan Dira merekam dari belakang. Dira semakin curiga,
disebabkan Febrian berjalan ke arah unit apartemennya dan hampir saja dia
marah. Tiba-tiba dia melihat Febrian membuka pintu rumah, tepat di sebelah
rumahnya.
Sebelum masuk,
Febrian mengatakan, “Puas?”.
Dira terdiam
dan tidak mampu berkata apa-apa. Malu, sangat malu karena sudah mencurigai
seseorang tanpa sebab yang jelas. Sambil bergumam kecil dia berkata pada
dirinya sendiri, bahwa ini semua karena Jaksa Arman. Perbuatan tidak senonohnya
membayang-bayanginya terus. Sejenak dia teringat reporter wanita tadi. Tapi,
cepat-cepat membuang pikiran itu dan meyakinkan dirinya sendiri, kalau itu
bukan urusannya.
Bersambung…
Note:
Tulisan ini adalah bagian ketiga dari cerbung "KUASA MEMABUKKAN". Merupakan tantangan ODOP terakhir. Ide cerita diambil dari drama Korea "Witch at Court", yang sedang ditayangkan di KBS, saat ini. Tokoh dan alur cerita sedikit diubah, sesuai dengan imajinasi penulis. Semoga bisa jadi ajang belajar, untuk terus mendalami penulisan fiksi.
Comments
Post a Comment