KUASA MEMABUKKAN (5)
Bahagian 5.
Febrian menyapa
Dira, “Kita berjumpa lagi, Jaksa Dira.”. Dia turut membawa sekotak barang-barang
yang menandakan dia juga berpindah ke unit yang sama.
“Anda juga
dimutasi kemari?” Dira bertanya kepada Febrian dengan
nada agak ketus.
“Ah, kita
seharusnya berkenalan dengan benar. Nama saya, Febrian…”, sambil mengulurkan tangannya kepada Dira. Tapi, Dira tidak
menyambutnya, dia terus berjalan sambil menyebutkan, “Nama saya Dira…, dan
saya tidak tertarik untuk mengenal anda lebih jauh!”
Ternyata pernyataan
tersebut tidak mungkin terjadi. Mereka ditempatkan di ruangan yang sama dan
meja pun bersebelahan.
Febrian
bertanya: “Sepertinya anda sangat sangat benci ditempatkan di unit ini…”
“Benarkah anda
peringkat dua di angkatanmu?” tanya Dira
dengan sinis.
“Bukan….saya
peringkat satu…” Febrian membetulkan.
“Haaah…, kenapa
kamu sangat bodoh ya?”
“Maksudnya…?”
“Kita sama-sama
punya masalah dengan Jaksa Arman, tiba-tiba dimutasikan ke unit ini. Itu
berarti kita akan dibuat bekerja lembur setiap hari…”
Febrian
membantah apa yang dikatakan Dira. Dira langsung memotong percakapan Febrian
dan menantangnya: “Dalam tiga detik, beri alasan yang menyanggah pendapat
saya bahwa anda dimutasi kemari bukan karena kasus dengan Jaksa Arman…”
Belum sampai
hitungan ketiga, Febrian sudah bersuara: “Saya pindah ke unit secara
sukarela, atas permintaan sendiri, bukan karena dimutasi…”
“Woow…hebat,
anda secara sukarela pindah ke sini, unit yang paling dihindari oleh semua
jaksa?” Dira berkomentar.
Tanpa mereka
sadari, di ujung lorong tempat mereka berada, Jaksa Tuti memperhatikan dengan
tenang perdebatan itu. Tuti adalah kepala unit tersebut.
Selain Dira dan
Febrian, di situ juga ada Jaksa Nina, jaksa yang sudah cukup lama berada di
unit tersebut. Ada juga Jaksa Rika, yang masih junior. Selain jaksa, disitu
juga ada beberapa pegawai lain yang diperbantukan di unit tersebut. Yaitu investigator
Tomi dan juga yang sering membantu Dira di unit sebelum ini, Rita, yang turut
dipindahkan ke unit tersebut.
Jaksa Tuti,
memimpin rapat pertama bersama semua anggota tim yang tergabung dalam unit itu.
Ia mengatakan bahwa unit ini menangani kasus-kasus yang cukup rumit. Misalnya dalam
kasus pemerkosaan saja, banyak hal yang harus dipertimbangkan. Misalnya perasaan
si korban, yang pasti mengalami trauma yang bisa jadi berat atau ringan. Semua aspek
harus diselidiki untuk menyelesaikan kasus-kasus yang masuk untuk dibicarakan
dan dibela. “Semakin berat tugas kalian, maka semakin ringanlah penderitaan
korban..” Tuti menegaskan pada semua.
Tuti mulai
membagikan tugas pada semua. Nina ditugaskan menangani kasus-kasus sederhana,
yang akan dibantu oleh Rika. Febrian pula dipertanggungjawabkan untuk menangani
kasus-kasus pidana terhadap wanita. Rita diberi tugas-tugas administrasi
seperti sebelum ini. Investigator Tomi, bertugas membantu investigasi. Rapat
pun ditutup dan Dira tidak diberi tugas apapun. Malah dia dipanggil menghadap
Tuti di ruangannya.
Jaksa Tuti,
langsung menanyakan tentang sikap Dira, yang seperti tidak suka ditempatkan di
unit tersebut. Dira minta maaf, dan berterus terang bahwa dia sudah mengajukan
diri untuk ditempatkan di unit yang lain, karena alasan pribadi.
Tuti mendengar
begitu banyak rumor tentang sikap Dira, yang sebenarnya tidak sesuai dengan
unit tersebut. Karena di unit tersebut, kadang-kadang kebanyakan korban akan
menyerah kalah sebelum sidang sebuah
kasus selesai. Mereka menyerah karena proses interogasi yang terlalu rumit dan
kadang-kadang menyakiti hati dan perasaan mereka. Jaksa Tuti tidak ingin hal
tersebut terjadi, rahasia korban harus dijaga dengan baik dan jaksa yang
menangani kasus-kasus yang datang, tidak akan mempunyai banyak kesempatan untuk
tampil di depan kamera, seperti hal yang sangat disukai Dira.
“Jika memang
anda tidak menyukai pindah ke unit ini, maka anda dibenarkan untuk mengundurkan
diri, atau pensiun saja sekalian…” ucap Tuti.
Dira hanya
terdiam mendengar apa yang dikatakan Tuti dan bergerak keluar dari ruangan
Tuti. Di luar dia berpapasan dengan Nina yang langsung memperkenalkan diri.
Tapi, tetap disambut dingin oleh Dira.
***
Kasus pertama
yang mereka perlu selesaikan adalah kasus seorang mahasiswa pasca sarjana yang
dituduh memperkosa dosennya sendiri. Mahasiswa itu adalah asisten dosen
tersebut. Kasus ini terselesaikan dengan baik, hasil kerja sama semua anggota
tim. Dira yang tidak jadi berhenti dari unit itu, memperlihatkan cara yang unik
dan menariknya, untuk membuat dosen terdiam dan akhirnya dengan bukti-bukti
yang ada, perlakuan sebenar dosen terhadap mahasiswa itu terbongkar. Kasusnya
cukup jelas dan bukti-buktinya semua tersedia. Akhirnya mereka berhasil
membongkar apa yang sebenarnya terjadi saat itu.
Beberapa waktu
kemudian, teman Dira menelepon memberitahukan bahwa dia bisa diusir dari
rumahnya, karena dianggap mengabaikan telepon dari agen propertinya. Febrian
pun menerima telepon dan mengatakan akan segera keluar untuk menemui orang yang
ingin ditemui di rumahnya. Dira tidak sempat berpikir apa-apa. Dia beranggapan
tidak ada kaitan antara telepon yang dia terima dan Febrian terima.
Telepon yang
diangkat Febrian adalah dari agen properti yang membantunya menguruskan penyewa
di salah sebuah rumah miliknya. Ternyata
penyewa yang dimaksud adalah Dira. Dira agak kaget, dan dengan nada sinis mengatakan
kepada Febrian, bahwa Febrian hanya ingin pamer untuk menunjukkan dia punya dua
rumah. Dira masih belum bisa bersahabat dengan Febrian. Dia masih bersikap
curiga dan sinis terhadap Febrian.
Bersambung…
Note:
Tulisan ini adalah bagian ke lima dari cerbung "KUASA MEMABUKKAN". Merupakan tantangan ODOP terakhir. Ide cerita diambil dari drama Korea "Witch at Court", yang sedang ditayangkan di KBS, saat ini. Tokoh dan alur cerita sedikit diubah, sesuai dengan imajinasi penulis. Semoga bisa jadi ajang belajar, untuk terus mendalami penulisan fiksi.
Comments
Post a Comment