HIJAB KAMI

Aku memulai.. 
Hari pertama kuliahku denganmu..

Aku lilitkan dirimu..
Menutupi hitam keriting rambutku..
Hingga terjagalah..
Aurat di kepalaku..
Putih warnamu, ketika itu..

Panggilan ninja, akrab di telingaku kala itu..
Memang, belum ramai wanita memakaimu..
Saat itu..
Tapi, tekadku sudah bulat..
Itu auratku...
Aku yang bertanggung jawab..
Terhadapnya..
Peduli mereka yang menghina, mencaci, mengejek..
Aku akan tetap bersamamu...
Hijabku...

(Ceritaku, Irai)

Walau kesadaran agak lewat menurutku..
Aku memulainya juga..
Penetapan syariah..
Di negeri kelahiranku..
Menjadi awal..
Hatiku tergerak menutup..
Auratku..
Baru...memang baru..
Tapi..
Aku berusaha istikamah..

Teringat saat aku..
Merantau sejenak ke negeri..
Nun jauh di sana..

Ku berjalan menyusuri..
Jalan sepi di malam yang sunyi..
Bersama seorang teman Jermanku..
Tiba-tiba..
Kami terserempak..
Dengan seorang yang sedang mabuk..
Seketika bulu romaku berdiri..
Takut..
Takut, dia akan mengapa-apakan kami.
Tapi, temanku berkata dengan yakin...
"Kamu tidak akan diganggunya, karena kamu berhijab.."

Seketika aku termangu..
Temanku begitu yakin...
Mengucapkannya..
Kenapa aku tidak?

Dahsyatnya hijabku..
Bisa menahan bala..
Yang mungkin menimpaku...

Sejak itu..
Teguh aku bersamamu..
Hijabku..

(Cerita Dessy Azhar)

Di ujung musim semi..
Di negeri yang jauh..
Di selatan bumi.
Sore dingin dengan rinai hujan..
Suasana yang agak sendu..

Kunyalakan televisi..
Berharap..
Muramku segera sirna..
Kupandang layarnya..
Tanpa rasa...
Mataku menatap kosong..
Tayangan yang wara-wiri..
Tiada henti...

Tiba-tiba...
Terlintas di benakku
Ingin berhijab...
Seandainya aku punya anak...

Lintasan itu datang begitu tiba-tiba...
Hidayah datang..
Dari-Nya..

Seminggu setelahnya..
Aku dinyatakan hamil..
Setelah penantian..
Yang cukup panjang...

Sembilan bulan...
Kujalani kehamilanku..
Hingga tiba waktunya..
Seorang putri cantik..
Telah Dia hadirkan..
Untukku...

Dengan pasti..
Kutunaikan janjiku..
Pada-Nya...
Yaa...aku mulai berhijab..
Walau hanya dengan...
Sehelai selendang...
Melangkah pasti..
Keluar dari rumah sakit..
Menyambut hari baru..
Penghijrahanku...

(Cerita Ina Keumala)

Tertarikku denganmu..
Sudah terrangkai..
Sejak awal kuliahku..

Seorang teman..
Menginspirasiku..

Teman dekat..
Cantik wajahnya..
Putih kulitnya..
Semampai tingginya..
Anugerah lengkap...
Diberikan Tuhan..
Padanya..
Tapi..
Dia tak mau..
Semua itu
Diperlihatkan..
Pada orang..
Yang bukan muhrimnya..

Dialah yang mengantarkan..
Hidayah padaku..
Melalui sikap..
Tutur bahasanya..
Yang lembut..
Santun..
Mengajakku...
Memahami Islam..
Lebih dalam..
Lebih luas..
Mengamalkannya..
Hingga akhirnya...
Aku pun memutuskan...
Menutup auratku..

(Cerita Wahdini Djakfar)

Waktu itu..
Setamat SMA..
Hatiku terketuk...
Untuk sebuah nama..
Jilbab..
Yaa..selendang segitiga..
Yang bisa menutup rambutku..

Pagi menjelang..
Langkahku pasti..
Niatku tak berubah lagi..
Alhamdulillah..

Aku melangkah..
Dengan senyum manis..
Menyusuri jalan..
Menuju kampus..

Sekitarku pun..
Seakan-akan turut serta..
Bersuka cita...
Melihatku gembira..
Dengan jilbab, baju dan rokku...
Panjang..
Menutupi seluruh auratku..
Insyaallah...
Ku akan terus...
Menjadi muslimah sejati..

(Cerita Netty Salimunnyati)



Note:

Puisi di atas adalah suntingan yang saya susun kembali berdasarkan cerita, pengalaman beberapa teman, yang tergabung di grup WA Biotig SMA 3 Banda Aceh, 1988. Untuk memutuskan pembicaraan yang tiada habis tentang konde dan azan, kami berinisiatif menceritakan pengalaman pertama berhijab. Hingga akhirnya tersusunlah puisi di atas. Semoga bisa menjadi pengingat kami yang ikut serta menulis di dalamnya dan sharing dengan siapa saja yang mempunyai pengalaman yang sama. 

Sebagian di antara kami yang bercerita.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

SUNGAI CHINCHIN, KAMPUNG DI PINGGIR BANDAR

INFINITY

FENOMENA BEBEK SINJAY: Bangkalan vs Pandan Indah