SUSAHKAH BERDAMAI?

Foto berasal dari screen shoot video yang di-share FB, pagi tadi. Building Peace Together


Perdamaian perdamaian, perdamaian perdamaian
Banyak yang cinta damai tapi perang makin ramai
Bingung-bingung ku memikirnya

Perdamaian perdamaian, perdamaian perdamaian
Banyak yang cinta damai, tapi perang makin ramai
Bingung-bingung ku memikirnya

Meski kau anak manusia, ingin aman dan sentosa
Wahai kau anak manusia, ingin aman dan sentosa
Tapi kau buat senjata, biaya berjuta-juta

Banyak gedung kau dirikan, kemudian kau hancurkan
Bingung-bingung ku memikirnya

Perdamaian perdamaian, perdamaian perdamaian
Banyak yang cinta damai, tapi perang makin ramai
Bingung-bingung ku memikirnya

Rumah sakit kau dirikan, orang sakit kau obatkan
Orang miskin kau kasihi, anak yatim kau santuni
Tapi peluru kau ledakan, semua jadi berantakan
Bingung-bingung ku memikirnya

Perdamaian perdamaian, perdamaian perdamaian
Banyak yang cinta damai, tapi perang makin ramai
Bingung bingung ku memikirnya

Di atas adalah lirik sebuah lagu lawas yang dinyanyikan oleh Nasida Ria.  Saya yakin, ramai yang bisa menyanyikannya. Pasti, begitu membaca liriknya, akan terus bersenandung. Karena memang lagu yang cukup populer pada masanya. Refresh sejenak dan mari sama-sama kita cermati liriknya satu per satu. Sungguh gambaran kondisi dunia saat ini dan itu sudah terjadi bertahun-tahun. Sebegitu sulitkah mencari dan merasakan sebuah perdamaian? Apa masalah manusia sekarang sebenarnya?

Saya tertarik dengan sebuah status di FB, beberapa waktu lalu, yang sedikit menjawab tanya di atas. Bahwa masalah kita, manusia, saat ini adalah kondisi masing-masing yang tidak mau menerima perbedaan (Fuad Mardhatillah). Begitulah kenyataan yang harus kita telan hari demi hari. Perbedaan yang ada terus dijadikan jurang yang semakin lama semakin dalam dan semakin sulit untuk ditaklukkan. Seolah-olah tidak ada ruang agar perbedaan itu berjalan seiring sejalan. Atau memang perbedaan itu tidak bisa berjalan bersamakah?

Sebagai umat yang mengaku beragama, kita seperti ditutupi mata hati dan jiwa kita untuk menerima perbedaan itu. Dalam Islam, jelas sudah diperintahkan untuk tidak saling mencaci sesuatu yang berbeda dengan apa yang kita yakini. Q.S Al-An’am: 108, menerangkan dengan jelas. Saya kutipkan di sini artinya:
Jangan kaucaci mereka yang berdoa kepada selain Allah, lalu mereka mencaci Allah melebihi batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah bagi setiap golongan, Kami buat menarik perbuatan mereka, kemudian kepada Tuhan juga mereka kembali. Ketika itu diberitahukan kepada mereka apa yang mereka kerjakan.

Abdullah Yusuf Ali, menegaskan bahwa ketika suatu kaum atau komunitas meyakini sesuatu paham atau pemikiran, maka mereka akan bersikukuh bahwa keyakinan dan pemikiran mereka itulah yang benar. Karena itulah, ayat di atas melarang umat Islam untuk mencaci apa pun yang disembah oleh kaum yang belum beriman, karena dikhawatirkan mereka akan membalas mencaci Allah secara melampaui batas. Larangan itu juga dimaksudkan agar orang yang belum beriman menyadari toleransi dan kelembutan Islam kepada umat manusia. (Dikutip dari buku Mengerti Asbabun Nuzul oleh Dr. Muhammad Chirzin)

Apa yang terjadi saat ini? Rasanya kita semakin jauh dari nilai-nilai tersebut. Perbedaan yang ada kita jadikan pemicu untuk terus mencaci maki tiada henti. Berbagai istilah mulai dari cebong, kampret, sampai bumi datar, bumi bulat, entah apalagi istilahnya, keluar dari kubu-kubu berbeda itu. Tidak penatkah? Bukankah indah bila hati selalu damai? Kepala selalu dingin dan menerima sebuah perbedaan sebagai sebuah anugerah? Anugerah terindah yang diberikan Sang Pencipta. Tidak bisakah kita jadikan perbedaan itu satu kekuatan untuk membangun bangsa?

Kondisi paling dahsyat lagi yang terjadi saat ini adalah, saat kita merasa diri menjadi Tuhan, yang punya kuasa untuk menilai ketakwaan seorang manusia lain, yang berbeda dengan kita. Kesombongan apa ini? Sadarkah kita, tanpa kita sadari kita telah mencuri hak prerogatif Yang Kuasa? Hukum mencuri sesama manusia adalah berdosa, apatah lagi mencuri kepunyaan-Nya? Entah apa yang akan kita dapat sebagai hukumannya!

Menarik menyelami lirik yang ditulis dan dinyanyikan oleh Raisa dan Isyana, dalam lagu Anganku Anganmu.
Tiada berbeda apa yang kurasakan
Tajam menusuk tak beralasan
Kita sudah dingin hati

Dulu kita pernah saling memahami
Segan merasa telah menyakiti
Kita telah lupa rasa

Ya, kita telah lupa rasa, hati kita sudah dingin, hingga sudah tidak lagi memedulikan apa saja yang kita keluarkan dari mulut dan apa saja yang  ditulis. Amarah dan benci telah mengambil kesempatan untuk menghancurkan kita. Kita lupa apa yang diucap dan ditulis adalah cerminan diri kita sendiri.

Setiap katamu cerminan hatimu
Jadikan berarti
Jangan sia-siakan waktumu tuk membenci

Satu jadikan tujuan kita
Hilangkan segala perdebatan yang sia-sia
Berlari ke arah yang sama bukan masalah
Semua punya ruang lukis yang kau mau
Karena ceritamu milikmu


Tepat sekali apa yang diutarakan dalam baris-baris lirik lagu tersebut. Alangkah baik satukan tujuan, hilangkan semua perdebatan sia-sia yang berujung kepada dendam dan benci yang menghancurkan. Arah yang akan kita tuju adalah sama, marilah berganding tangan mencapainya. Semua punya ruang untuk melukiskan apa saja yang diinginkan. Dan, jangan pernah lupa, cerita kita adalah milik kita sendiri. Untuk itulah kita perlu lukis yang baik-baik dan indah-indah saja. Kita pasti bisa mencapai dan menggapai angan yang kita mau. Semua mampu untuk meraihya. Jangan sia-siakan waktu yang singkat yang kita miliki untuk saling membenci sesama sendiri. Mari berdamai dengan diri sendiri, agar kita bisa berdamai juga dengan apa saja di luar diri. Mari beri teladan sebaik-baiknya pada anak-cucu kita. Jangan buat mereka harus menanggung semua akibat buruk dari kebodohan yang kita lakukan saat ini.

Saya kutipkan pesan seorang yang cukup saya kagumi, Bapanda DerMoga Barita Raja, mengakhiri tulisan ini:

“Damaikan hatimu maka damailah dunia ini. Rukun-rukunlah kalian semua, tingkatkan rasa persaudaraan dan persatuan. Teruslah berkarya untuk kebesaran nama-Nya.”

“Urusi dan kalahkan setan yang masih bersemayam di perutmu sendiri. Janganlah sibuk mengurusi kesalahan dan kekurangan orang lain. Kalau kau telah berhasil mengusir, mengalahkan setan yang ada di perutmu, niscaya setan di luar dirimu pun tidak ada masalah bagimu”

Semoga kita semua diberi jalan ke arah damai yang hakiki.

Kuala Lumpur, 21 September 2018

==============
Note:
Tulisan ini disiapkan untuk ikut merayakan International Day of Peace, yang diadakan setiap 21 September. 
Communities can make good things happen all over the world. Join all of us at Facebook today in hoping that kindness will lead the way. (Building Peace Together)

Comments

  1. Semoga Bhineka Tunggal Ika tidak hanya menjadi pajangan atau sekedar semboyan ya ...
    Terima kasih tulisannya kak, sangat menginspirasi. 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Insyaallah, sama-sama kita berusaha. Terima kasih sudah berkunjung ...

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

SUNGAI CHINCHIN, KAMPUNG DI PINGGIR BANDAR

INFINITY

FENOMENA BEBEK SINJAY: Bangkalan vs Pandan Indah