SAMBAI EUNGKOT



Image may contain: food and text

Sudah begitu lama, aku menetap di kotak kecil transparan. Di ruang yang sejuknya melebihi bawah titik beku. Keras dan kaku aku dibuatnya. 
"Kapan aku akan dikeluarkan? Kapan aku akan digunakan? Kapan aku akan dijamah oleh mulut-mulut yang menganga?" tanyaku dalam hati, berkali-kali.

Aku masih terus berada di dalam ruangan itu. Aku berdoa, "Tolonglah Tuhan, gerakkanlah mereka, hilangkanlah kemalasan mereka."

Sehingga satu hari itu, aku dikeluarkan dari ruangan yang membuatku beku, keras seperti batu. Aku bersorak gembira, "Horeee, akhirnya Tuhan kabulkan doaku. Terima kasih Tuhan!” ucap syukurku.

Eitts, mau dibawa kemana aku? Kulihat ibu itu, membawaku ke sebuah kotak kecil yang kulihat dari luar, begitu gelap di dalamnya. Aku sedikit ketakutan. Hatiku terus bertanya, "Mau diapakan aku? Tolong, tolong...." Tetapi, tiada seorang pun yang mendengarku.

Penutupku sudah dibuka dan aku sudah diletakkan di sebuah piringan kaca bulat. Kuperhatikan, ada beberapa benda putih kecil di bawah piringan itu. Entah untuk apa. Badanku semakin gemetar, menggigil ketakutan. Pintu kotak itu ditutup dan gelap gulita di dalamnya. Tiba-tiba ada cahaya terang menerangi kotak itu. Dan, badanku mulai mencair secara perlahan. Aku terus berputar mengikuti piringan kaca, tempatku berada. Kehangatan datang sedikit demi sedikit memanaskan tubuhku yang sudah beku. Tempat apakah ini?

Aku terdengar percakapan ibu tersebut dengan anak perempuannya. 
“Bunda, bunda sedang apa?”
“Bunda mau masak.” 
“Ada apa di dalam microwave itu, Nda?”
“Ooo…ini, bunda sedang defrost-kan ikan yang sudah beku. Bunda lupa, mengeluarkannya dari lemari es, pagi tadi, terpaksalah dicairkan dulu, biar bisa diolah terus. Bunda mau cepat. Ada rapat PKK, selepas Zuhur nanti.”

Ooo, akhirnya aku tahu, kotak apa yang telah menghangatkan badanku dan mencairkan es yang membuatku membeku. Rupanya ini microwave, oven gelombang mikro. Salah satu fungsinya adalah apa yang sedang aku alami saat ini. Berarti aku benar-benar akan diolah segera menjadi makanan yang siap disaji. Mau dimasak apa ya?

Aku kembali mendengar lanjutan percakapan ibu dengan anaknya itu. 
“Mau dimasak apa, Nda?” tanya anaknya.
“Sambai eungkot,” Bundanya menjawab.
“Sambai eungkot? Waah, aku suka, Nda….”

Ternyata aku mau diolah menjadi sambai eungkot atau sambal ikan. Aku pernah mendengar sedikit cerita tentang masakan itu, masakan khas Aceh, daerah asal ibu itu. Aku ingin tahu juga proses membuatnya lebih lanjut. Setelah aku dicairkan, dagingku mulai disuwir-suwir. Kemudian terlihat olehku bawang merah, cabai rawit, asam sunti, dan kelapa gongseng. Sepertinya semua bahan itu telah bersedia untuk dicampurkan ke dalam suwiran dagingku. 

Terdengar lagi, penjelasan ibu itu kepada anaknya, yang bertanya tentang bahan-bahan yang dipakai. Anaknya bertanya tentang asam sunti dan kelapa gongseng. Bundanya menerangkannya dengan jelas. 

Rupanya asam sunti adalah asam khas, yang biasa digunakan pada makanan tradisional Aceh. Terbuat dari belimbing sayur yang digarami dan dikeringkan beberapa hari, sehingga bisa disimpan lebih lama. Sedangkan kelapa gongseng dibuat dari kelapa parut yang dikeringkan, kemudian digongseng sampai benar-benar kering dan kekuningan, dan terakhir ditumbuk halus sehingga mengeluarkan minyak. Dua jenis bahan ini, menurutku adalah bentuk pengawetan makanan yang biasa nenek moyang manusia lakukan dari dulu. Waah, aku dapat banyak pelajaran hari ini.

Lebih lanjut kulihat, cabai rawit dan asam sunti mulai ditumbuk, diikuti bawang merah, dan akhirnya suwiran dagingku juga ikut serta di dalam tumbukan tersebut. Aku diaduk dan diratakan dengan bumbu yang ada. Irisan halus daun jeruk purut yang wangi turut ditaburkan dan diaduk rata ke semua bagian. Sambai eungkot pun selesai. Aku tersenyum gembira, walaupun dagingku sakit disuwir-suwir, ditumbuk, tetapi aku suka sekali, akhirnya aku memberi manfaat pada mereka yang sedang lapar. Kuperhatikan seisi rumah gembira menyantapku dengan nasi panas dan lauk pauk lainnya. Bahagianya aku!

Comments

Popular posts from this blog

SUNGAI CHINCHIN, KAMPUNG DI PINGGIR BANDAR

INFINITY

FENOMENA BEBEK SINJAY: Bangkalan vs Pandan Indah