MEMIMPIN DAN DIPIMPIN
Ilustrasi sebuah wujud kepemimpinan dalam Islam. Sumber foto: Google Image |
Memahami hadis di atas, apabila
seseorang diangkat sebagai pemimpin, maka saat itu, fokus sudah tidak hanya
pada diri dia sendiri saja. Setiap manusia yang disebut pemimpin, maka akan ada
siapa dan apa yang dipimpin, serta ke siapa dia akan mempertanggungjawabkan
hasil kepemimpinannya itu. Ke siapa paling akhir adalah Allah SWT.
Mirisnya jika kita perhatikan kondisi
saat ini. Terlalu banyak manusia yang ingin memimpin. Berlomba-lomba untuk
menjadi ahli politik, semata-mata agar mendapat sebuah posisi. Itu adalah trend
masa kini, seiring dengan begitu banyaknya partai politik yang tumbuh bagai
jamur di musim hujan. Yang dilupakan adalah mengetahui dan memaknai lebih dalam
bagaimana seharusnya menjalankan tanggung jawab sebagai pemimpin. Dan,
mempertanyakannya pada diri sendiri, apakah kita pantas untuk berada di posisi
tersebut. Kita sering lupa, mencontoh Nabi Muhammad SAW dalam hal itu.
Saat kita berniat untuk memimpin, selayaknya jujur dan selalu
menyampaikan yang benar, harus menjadi patokan utama. Bukan itu saja, seseorang yang diangkat
menjadi pemimpin mestilah orang yang terpercaya. Dipercayai oleh orang-orang
yang memilihnya, karena jelas kredibilitasnya. Bukan seseorang yang mengajukan
dirinya sendiri untuk dipilih dan melakukan berbagai cara agar terpilih. Kondisi
demikian sungguh marak saat ini.
Poin penting lain yang harus diperhatikan untuk menjadi pemimpin
adalah cerdas. Pemimpin yang cerdas, tidak akan mudah dikelabui oleh siapa
saja, termasuk orang-orang yang dipimpinnya. Harus memiliki karisma dan wibawa
yang disegani oleh siapa saja. Tetap mudah menerima kritik, saran, dan usulan
untuk kebaikan bersama. Di sinilah konsep bertindak sebagai yang dipimpin, juga
harus dipunyai seorang pemimpin. Jadi, tidak hanya mampu memimpin saja, tapi
juga mampu untuk dipimpin. Begitulah seharusnya pemimpin yang akan dikenang dan
diakui kepemimpinannya.
Jelas sekali, bahwa bahasan menjadi seorang pemimpin, semua sudah
diatur oleh-Nya. Inti dari semua aturan tersebut hanya satu, yaitu rasa takut
akan yang Maha Pemimpin. Jika sebagai pemimpin, kita menyadari dengan benar
konsep itu, insya Allah, tidak ada kekeliruan yang akan terjadi saat seorang
manusia diberi tanggung jawab dalam memimpin. Apakah kita akan menemukan
pemimpin sebegitu di masa depan?
Kita tidak perlu pesimis. Mulailah dari diri sendiri. Mendidik diri
untuk taat dan patuh pada-Nya, takut akan kemurkaan Dia, harus menjadi fokus
utama. Menerapkannya dalam hidup sehari-hari, harus menjadi amalan. Selalu
yakin dan percaya, bahwa Allah senantiasa mengikuti dan menyaksikan perjalanan
hidup kita setiap saat. Dan, terus mengingat,
bahwa apa saja yang kita lakukan, akan diminta pertanggungjawabannya di
hari akhir nanti. Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang terus
dijaga sikap dan prilaku kita oleh Allah SWT.
Aamiin
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung ..
DeleteSipp, penuh dengan pesan berharga. Semangaatt
ReplyDeleteSemangaaat ... terima kasih atas kunjungannya, Mbak ...
DeleteAamiin
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung ...
DeleteAamiin yaa Rabb
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung ...
DeleteBetul banget, kalausemuanya mau memimpin, siapa yg dipimpin ya..
ReplyDeleteHahaha ... kita lupa yaa?
DeleteTerima kasih sudah berkunjung ...
Aamiin yaAllah...
ReplyDeleteSalken pak dr Iput, newbie! :)
Terima kasih sudah berkunjung ... salam kenal juga ... saya ibu-ibu, hihihi
Delete