THANK YOU-TERIMA KASIH

Image may contain: plant and flower
 Sumber gambar dari screen shoot stiker
pada kolom komen FB


Dua patah kata keramat, singkat dan sederhana, tapi memiliki impak yang begitu besar saat diucapkan. 

Selepas Magrib beberapa waktu lalu, kami sekeluarga mengunjungi sebuah restoran fast food, yang terkenal dengan berbagai jenis burger sedapnya. Sembari menunggu, seperti biasanya, saya akan mulai memperhatikan keadaan sekeliling. Melihat manusia-manusia dari berbagai ras, suku, agama, berkumpul dengan satu tujuan yang sama, mengisi perut alias makan. Tiba-tiba, terlihat oleh saya, seseorang dengan nampan penuh berisi pesanannya, hendak keluar, karena dia memilih duduk di bagian teras restoran tersebut, yang tidak ber-AC. Karena kedua tangannya memegang nampan, jadi dia tidak bisa memegang gagang pintu kaca tersebut, dan menolak untuk membukanya. Lalu, dengan sedikit ucapan dan menggerakkan kepalanya menunjuk ke arah pintu, dia menyuruh salah seorang pekerja di situ untuk membuka pintu. Tidak ada perkataan "tolong" dalam ucapannya sama sekali. Meskipun demikian, dengan santun pekerja itu pun menolong membukakan pintu. Setelah pelanggan tersebut berhasil keluar, tidak ada ucapan "terima kasih" terdengar diucapkannya kepada pekerja yang telah menolongnya itu. "Ampuuuun...siapa elooo, sombong amat....!" Begitu aku berkata dalam hati. Miris menyaksikan kejadian tersebut. Apa sih susahnya mengucapkan terima kasih? Tidak ada yang rugi sama sekali kalau mengucapkannya. Malah akan lebih menimbulkan respek, suasana positif di antara si penolong dan yang ditolong. Impak ucapan itu bukan main dahsyatnya. 

Membudayakan ucapan terima kasih dalam setiap kesempatan dan situasi, perlu dimasyarakatkan lebih luas. Semua berawal dari rumah. Biasakan menyebut kata 'tolong', sebelum meminta anak membantu kita berbuat sesuatu, dan mengucapkan 'terima kasih', setelah itu. Perbuatan yang dilakukan terus menerus, biasanya akan melekat dan secara otomatis akan tampil, begitu diperlukan. Biasakan juga mengucapkan terima kasih, kalau suami membelikan sesuatu yang kita sukai.

Menghargai semua pekerjaan halal dan benar, yang dilakukan atau dikerjakan siapa saja, adalah hal yang perlu kita budayakan juga. Walaupun kondisi kita di negara yang masih membangun ini, sedikit mustahil melakukannya, tapi bukan tidak mungkin untuk dibiasakan. Teringat cerita seorang teman yang menetap di Negeri Kangguru, Australia. Kami pernah ngobrol tentang sikap respek masyarakat di sana tentang pekerjaan apa saja yang dilakukan penduduknya. Tidak ada perbedaan perlakuan antara si berdasi dengan si dekil, yang kerjanya berteman dengan sampah. Semua punya nilai tersendiri di mata masyarakatnya. Semua dinilai sama hebatnya, sama pentingnya. Mungkin, cara pandang yang demikian juga menyebabkan ungkapan terima kasih, bukanlah hal yang susah untuk diucapkan.

Pernahkah kita berterima kasih kepada petugas kebersihan yang mengutip sampah di rumah kita setiap hari? Pernahkah kita mengucapkan terima kasih kepada cleaning service, yang telah menjaga toilet di tempat umum, selalu dalam keadaan bersih dan nyaman bagi kita menyelesaikan hajat? Kadang-kadang, dia baru saja mengepel lantai yang becek, tapi kita dengan tanpa rasa bersalah dan rendah diri, terus saja masuk. Tanpa permisi dan berterima kasih telah mengizinkan, lantai yang sudah bersih, diinjak kembali oleh kaki-kaki dengan sepatu atau sandal kotor. 

Pernahkah kita berterima kasih kepada pelayan restoran yang telah mengantar makanan yang kita pesan ke meja kita? Pernahkah kita berterima kasih kepada mereka yang telah mengangkat piring, mangkuk, gelas yang kita gunakan saat makan di sana? Hanya ucapan sederhana, "terima kasih", begitu sulit kita keluarkan. Kurang respeknya kita terhadap orang lain, menjadi salah satu penyebab. Merasa diri lebih superior daripada orang lain juga bisa menjadi penyebabnya. Hellloooo, siapa kita untuk punya sifat dan sikap itu semua? Tidak sadarkah kita bahwa semua manusia sama di depan Khaliknya. Semua sama tiada terkecuali. Yang membedakannya hanyalah ketakwaannya kepada Sang Pencipta dan amal ibadahnya saja. Yakinkah kita bahwa takwa dan amal ibadah kita lebih dari mereka yang kita sepelekan itu? Sehingga kita mengurangi hormat kepadanya karena pekerjaan yang dilakukannya? Kita semua sama-sama makhluk ciptaan-Nya. Status yang sama di mata Tuhan. Mulailah belajar menghargai apa saja nikmat sekecil apa pun yang kita ada dan dapat. Bukankah Tuhan akan terus menambah nikmat itu, bila kita tahu bersyukur? Kenapa kita susah melakukannya? Instropeksi diri sendiri.

Comments

  1. Terkadang lisan suka lupa mengucapkan dua kata rersebut apalagi rerhadap orang yang dianggap kurang penting

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar sekali. Ayo kita mulai membiasakan diri mengucapkannya. Terima kasih sudah berkunjung..

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

SUNGAI CHINCHIN, KAMPUNG DI PINGGIR BANDAR

REWANG

BUMBU MI ACEH ALUBU (Review Produk)